Boleh saja saya benci dia..

Tapi setelah saya berpikir agak lama dan mengamati perkembangan virus membenci di hati saya, saya bisa bilang bahwa saya tidak benar - benar bisa membenci orang 100%. Setelah beberapa kali mengalami hal yang sudah kelewat batas, saya sempat membenci mereka, tapi beberapa bulan berselang, kebencian saya mulai pudar. Saya memaafkan mereka atas hal yang mereka lakukan. Saya berharap Allah menyampaikan maaf saya melalui doa karena saya tidak bisa lagi bertatap muka dengan mereka atau dia yang telah menorehkan luka.

Bagi saya diantara sekian arti memaafkan adalah melupakan dan menghindar. Ya, boleh saja saya membenci kemudian berujung pada kata Maaf tapi saya tidak bisa lagi sedekat dulu dengan dia, atau cenderung menghindar. Saya tidak naif, saya berpaham jika memaafkan berarti juga melupakan. Tapi akan berbeda sudutnya jika berbeda pula objeknya. Saya menyediakan maaf yang tulus bagi kedua orangtua, atas apapun kesalahan selalu ada kata maaf atas kebaikan yang mereka baktikan pada saya. Jika ada konflik, saya segera merefleksikan ulang kebaikan - kebaikan apa saja yang telah mereka persembahkan bagi saya, beberapa detik kemudian saya sungguh menyesal pernah menghadirkan kemarahan di dalam hati, bahwa mereka berdua terlalu putih untuk saya nodai dengan titik kemarahan.

Semoga dalam perjalanannya nanti, saya bisa berproses menghapus yang buruk- buruk ini dan semoga saudara-saudara yang ada di FKMM Rohis FISIP Universitas Diponegoro juga memaafkan saya. Amien

0 komentar: