Masih Boleh Bermimpi

Dalam bilangan jam, hidup saya terasa lebih berwarna dan tidak melulu biru. Mimpi yang perlahan harus dikuburkan, saya gali lagi setelah bertemu dengan seseorang yang mempunyai gairah hidup serupa.

Mimpi yang saya rangkum semenjak dibangku sekolah dasar itu terus berkembang hingga duduk dibangku kuliah. Namun, seiring kesibukan yang bertambah, mimpi itupun saya pinggirkan sejenak. Kadang harus rela timbul tenggelam juga. Tapi saya yakin, lipatan otak ini masih merekam jelas impian masa kanak-kanak dahulu.

Sayangnya, impian ini tidak banyak mendapat simpati pun dukungan. Seiring dengan bertambahnya hari, intensitas kemunculan impian itu mulai berkurang. Banyak yang bilang saya ini aneh, ora umum. Tapi toh juga banyak kawan yang bilang suka dengan kemampuan saya, kagum dengan hasil karya yang saya bikin. Memang belum sebagus yang dijual di toko, tapi pasti suatu hari nanti saya juga bisa bikin yang sama bagusnya, sekaligus membawa impian saya ke tingkat yang lebih mapan lagi.

Kadang bosan dengan hidup yang harus selalu teratur ritmenya. Jadi, orang yang belok sedikit pasti dibilang aneh juga pembangkang. Wah! Saya emang belok, sedikit pembangkang, tapi ya jalan ini yang saya mau. Saya hanya mau melakukan apa yang saya suka. Itu saja.

Seperti kata Tante Nurul, sahabat mamah, ”Tante emang nggak punya banyak uang, tapi tante punya banyak waktu untuk dibagi sama orang lain..” Hikss.. kata itu yang bikin tunas-tunas impian itu tumbuh lagi. Sedari awal lulus kuliah, saya tidak berminat untuk bekerja kantoran, ikut jobfair atau berkeras dengan satu jenis pekerjaan. Saya punya bidang lain yang ingin saya tekuni dengan hati, bukan atas tekanan pihak lain. Tapi hanya segelintir saja yang percaya dengan impian saya. Yang lain hanya mencibir atau memojokkan. Tapi sore tadi, NONE CAN STOP MY STEP.. (^_^) I found my delighting ways.

Impian saya tidak banyak :
1. Berbagi dengan orang lain, materi atau sekedar kehadiran fisik. Membagi dengan hati, itu lebih dari cukup.
2. Punya penghasilan sendiri dari hobi yang saya suka.
3. Setelah menikah, bisa memantau keluarga lebih dekat dan mengurus dengan cermat kebutuhan suami dan anak-anak.
4. Kalau punya rezeki lebih, pengin punya penampungan kucing jalanan atau anak-anak kucing yang dibuang dipasar.

Sesorean ini, saya merasa lebih bugar. Karena saya sudah menemukan lagi impian masa kanak-kanak yang terpinggirkan. Alhamdulillah (^_^).

5 komentar:

el afiq 8 April 2010 pukul 10.55  

lho, sore itu nemu apa emangnya nid?
:D

Mslie 8 April 2010 pukul 18.36  

wuihhhh enak ya bisa mimpi berkelanjutan begitu???Rahasianya apa tuh?

Nida Fauzi 8 April 2010 pukul 22.29  

*Mas Afiq : Kapan2 tak ceritain wis.. :-) Pasti seru sama ngakak-ngakak.. :D


*Mas Uli : Nggak ada rahasia lkoq,mas? Yakin wis.. Aku juga heran, koq bisa mbalik lagi ke mimpi jaman dulu :-) What a surprise

lawabiroe 9 April 2010 pukul 10.05  

dari awal tulisan, aku pikir dirimu punya impian jadi penulis buku...
lha kok ujung-ujunge malah pengin duwe penampungan kucing...

salah tebak, ahahaha...

Nida Fauzi 9 April 2010 pukul 21.25  

*mas Lowo : hihi..salah ngira ya? Sakjane aku suka nulis itu buat sarana ekspresi diri. Ketimbang nulis, aku lebih duluan suka kucing. Dari balita aku dah dijejerke sama kucing sama mamahku :D