Heee.. saya boong tau!

Mana mungkin saya bisa berhenti nulis. Bisa gilaa kali..!!
Tiap hari saya harus nulis apa aja, mau itu tulisan serius, beralinea-alinea tugas dari Mbak Nurul, atau mau tulisan yang santai kayak gini. Ngga tau hal ihwalnya kecanduan nulis yang pasti awalnya dari jaman SD. Waktu itu sih belum ngerti apa-apa, belum jamannya komputer wong PC aja masih segede-gede gaban..
:scream:Hahaha...

Kalo saya bilang mau rehat nulis dulu sementara waktu itu mah cuma emosi sesaat aja. Habisnya gimana ngga emosi sesaat kalo jatah waktu yang awalnya buat ngerjain Tugas Akhir ternyata kesita buat nulis apa aja (baca : puisi). Korupsi banget deh pokoknya. >.< Tapi saya sekarang udah ngga bisa lagi nulis lama-lama pake pena. Udah kaku tangannya, tugas si Pena diambil alih oleh keyboard Lappy tercinta :-) lebih asyik tanpa harus ngehapus pake setipan atau tipex. Praktis juga bisa dimana aja.

Parahnya kalo ide-ide udah mulai bertebaran, saya kesulitan kalo pake lappy soalnya harus barengan sama adik cowok saya yang jam pemakaian lappynya udah tinggi soalnya dia anak jurusan jaringan komputer, jadinya sebagai kakak yang baik saya harus ngalah T.T Nah, kalo udah gitu ngga ada Lappy maka tissu atau kertas nota pun jadi, saya selalu sedia pena minimal satu ditas kemanapun saya pergi. Atau kalo udah paling kepepet ya pake HP :-) yang penting kosa kata yang udah lahir tadi ngga hilang gitu aja, maklum kan munculnya dadakan.

:puppyeyes:(Hiks..kenapa ide lahirnya dimana aja yah?)

Julukan penulis puisi yang sering disandangkan beberapa teman pun rasanya belumpantas saya sandang, saya ini masih kacangan, karbitan kemarin lusa. Ikut lomba berkali-kali belum juga lolos, belum pernah ikut antologi, belum pernah dimuat di media massa (cetak atau elektronik, kecuali blog saya..hehe). Tapi semua itu saya syukuri karena saya belum patah semangat buat terus berkarya, mau itu bagus atau setengah bagus , saya menghargainya sebagai sebuah karya pemikiran. Dikumpulkan jadi satu supaya dikemudian hari nanti bisa berguna. Amin

Jurnalis Sospol Undip


" Kamu pasti bisa, kembangkan tulisanmu mulai dari hal yang kamu kuasai, misalkan CSR (Corporate Social Responsibility)"

Mimpi itu dimulai dari bawah. Bersama kawan satu tim dengan bimbingan Mbak Nurul, kita sama-sama ngembangin website FISIP UNDIP supaya lebih berisi. Website ini awalnya hanya dikelola beberapa dosen, seiring bertambahnya pekerjaan, maka website inipun mulai sedikit terabaikan dan beritanya pun kurang update. Sedangkan prinsip jurnalisme online selalu memungkinkan setiap saat untuk selalu siap update dimana saja asalkan ada koneksi internet. Maka dibawah Surat Keputusan dari Dekan FISIP UNDIP, dibentuklah tim website yang terdiri dari Nida Fauzia (DIII Ilmu Komunikasi), Gendis Ayu (S1 Ilmu Pemerintahan), dan Dewanto Samodro (S1 Ilmu Komunikasi).

Berita
Setiap hari harus selalu ada yang baru. Apapun yang menyangkut embel-embel FISIP UNDIP bisa diberitakan. Redaksi juga menerima artikel ataupun release dari kegiatan kemahasiswaan. Namun hal tersebut masih satu arah, artinya mahasiswa FISIP belum "ngeh" dengan keberadaan kami sebagai media, sehingga kami-lah yang harus proaktif mencari berita kesana kemari. Sedikit berat namun ini keberuntungan pengalaman yang tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama, hingga harus digunakan sebaik mungkin sebagai bekal jika dikemudian hari nanti berkesempatan menjadi jurnalis yang sebenarnya. Glekkk..??!

Menyenangkan
Bisa menulis setiap hari dan belajar hal yang baru setiap kali harus meliput. Karena saya masih junior, maka saya harus menyiapkan bahan-bahan yang akan saya tulis menjadi berita. Membacanya terlebih dahulu agar tidak mati gaya,,hehe :p dan ternyata banyak hal yang menarik, teori-teori komunikasi yang belum pernah saya pelajari sebelumnya. Semuanya menarik, namun nampaknya saya harus menambah kada keberanian saya untuk menginterview dosen-dosen saya deh.. ^_^

Hmmm... kalo kata Mbak Nurul saya bisa, pasti saya bisa. Semanggaaattt... ^o^/

Long Distance Love, Not Relationship


REVIEW BUKU :

Long Distance Love. Imazahra, dkk. Penerbit : PT. Lingkar Pena Kreativa, Jakarta. Cetakan pertama Maret 2009.

Untuk apa menikah juga harus berpisah, bukan hanya antar kota, antar provinsi, tapi juga antar benua. Tidak sehari, seminggu, atau sebulan, tapi bertahun-tahun. Bahkan ada yang mencapai 22 tahun hidup terpisah.

Kisah-kisah serupa yang diwartakan Imazahra, dkk dengan apik. Semua cerita jadi favorit saya karena tiap cerita punya kekuatan tersendiri, yang seakan memaksa saya juga agar dapat bersikap sama seperti mereka, yang beda hanya saya belum menikah. Bagaimana mereka harus hidup dalam himpitan jarak yang merentang begitu jauh, namun harus tetap berkomunikasi lewat cara apapun demi menetas rindu (yang katanya hingga ke ubun-ubun..entahlah?saya belum pernah merasakannya :p). Hubungan yang tak murah karena membengkaknya biaya telepon dan internet, atau kadang "dibelain" terbang juga ke negara atau kota tempat suami berada. Hmm..apakah seperti itu?

Sekilas, buku ini mungkin agak cengeng. Judulnya saja LOVE. Termehek-mehek sekalii.. tapi cobalah membacanya. Bukan hanya bagi yang sedang mengalami kisah serupa, tapi juga yang ingin belajar bagaimana mempertahankan idealisme, cita-cita, keluarga, cinta, pendidikan, harga diri, agama, prinsip, dan banyak lagi macamnya dalam waktu yang hampir bersamaan. Beberapa penulis mengisahkan pengalamannya antara menikah dan menerima beasiswa ke Belanda, Inggris, Jerman, Jepang. Toh mereka tidak bermasalah dengan itu semua. Mungkin membutuhkan waktu yang agak lama, tapi dengan izin Allah semuanya dapat teratasi, tentunya dengan dasar pengertian, kepercayaan, kesetiaan, hormat yang tinggi.

ps : dari buku ini saya belajar untuk menerima, memberi, menghormati DIA yang ada di ibu kota. Untuk kedatangannya tiap dua bulan :-) Maaf kalo saya rada bawel.. :p