Agenda Mingguan Bersama Mamah


Sudah sejak lama, saya sama mamah melakukan ini. Bukan direncanakan, tapi menjadi kebiasaan mingguan kami berdua. Berkunjung ke pasar Damar, salah satu pasar tradisional dekat rumah untuk berbelanja bahan makanan setiap Sabtu atau Minggu. Sebelum memulai berbelanja, saya atau mamah akan terlebih dahulu membeli beberapa keranjang ikan pindang. Berjaga, siapa tahu kami akan berjumpa dengan pasukan kucing yang kelaparan.

Awalnya beberapa penjual atau pengunjung pasar akan memasang wajah heran dan memarahi kami karena mengotori area lapak mereka, tapi kami acuh saja. Dan kelamaan, mereka pun terbiasa dengan kami. Sampai saat ini, penjual pindang langganan sudah hafal setiap kali saya datang, "Pindang buat kucing ya,mbak? Keranjang yang itu 2ribuan,mbak?..

Beberapa kali kami menemukan anak kucing sekarat, dan harus adu mulut dengan Ayah untuk membawa mereka pulang. Walaupun akhirnya anak kucing itu mati, tapi kami puas karena seenggaknya mereka bisa mati dan dikubur dengan layak.

Selain kucing, kami juga mengunjungi 2 ekor monyet yang lokasinya dekat pasar Damar. Monyet yang pertama, diikat rantai dipohon, tanpa rumah-rumahan, rantainya bahkan terlalu pendek untuk sekedar berpindah tempat. Monyet pertama ini agak galak dengan salah satu laki-laki penghuni rumah pojok warung sate. Sepertinya laki-laki itu sering mengganggunya. Tapi dia tidak pernah jahat kepada kami. Monyet ini akhirnya mati sebelum bulan puasa kemarin karena sakit.

Monyet kedua ada diujung gang dekat pos kamling. Setiap kali kami datang dengan buah ditangan, dia akan dengan antusias menyambut kami. Beruntung, pemilik monyet kedua ini sayang padanya. Dibuatkan rumah-rumahan, dan rantai yang agak panjang, sehingga dia bisa bebas bergelayutan. Bahkan, sewaktu mudik, monyet kedua pun diajak serta.

Belum tahu sampai kapan agenda kami ini akan berjalan, karena kami suka dan senang, mungkin selama kami ada, akan terus begini.. :)

Do'a dan Liburan Impian


Beberapa hari ini saya sempat memikirkan dua hal, mungkin akan sedikit saya bagi karena saya tidak tahan untuk tidak menuliskannya. Saya tidak menghakimi, dan ini hanya penilaian atas satu subjek saja.

Satu :

Kenapa pria dengan mudah membagi hatinya dengan wanita lain yang baru datang dan tidak tahu proses bagaimana pria ini bermetamorfosis?

Dia datang ketika sang pria sudah dalam keadaan mapan. Bahkan, dia tidak tahu bahwa pria yang baru dia puja kemarin sore itu pernah menggelandang demi mengirit rupiah saat mengadu nasib di ibukota? Sang pria menikahi wanita hebat yang telah memberinya dua anak. Wanita berhati lapang dan samudera kesabaran yang tiada batas itu telah menemaninya sampai sang pria di posisi yang mapan.

Saya tidak bisa memahaminya, bahkan saya tidak pernah mau mendengar alasan apapun untuk kejadian semacam ini. Tergelincir khilaf, tercebur pada kealpaan. Apapun kilahnya, jika saya berhadapan dengan pria macam ini, saya ingin sekali meninju mukanya kuat-kuat. Saya merasa memahami bagaimana sakitnya (semoga saya tidak akan pernah mengalami hal macam itu,Tuhan).

Dua :

Kenapa Tuhan belum memberikan saya kesempatan untuk berlibur sejenak? Okelah, sebagai pekerja kantoran, lima hari berturut-turut, jam 6.30 sudah duduk manis di meja dan berusaha keras sebisa mungkin menyelesaikan pendingan pekerjaan kemarin, dan pulang sehabis maghrib. Atau kadang pulang diatas jam 8 malam, dan ditanya orang, "Baru pulang jam segini,mbak??"

Intinya saya butuh liburan dan Tuhan belum memberikan saya kesempatan terbaik untuk melakukannya. Dimulai dari wisuda adik bungsu (momen sekali seumur hidup, nggak mungkin dong saya melewatkannya?), hingga kapal yang beroperasi harus docking sampai bulan Desember, padahal Desember biasanya sudah mulai masuk musim baratan, dimana kapal berhenti beroperasi karena ombak laut meninggi dan angin kencang.

Desember adalah waktu berlibur terakhir sebelum Januari depan saya resmi "bedrest" jika kandungan memasuki minggu ke-28. Saya sempat hopeless, karena saya tidak mau berlibur ke tempat lainnya selain mengunjungi pantai itu.

Suami mengingatkan saya agar bersabar dan menawarkan akan menemani saya berlibur ke tempat lain yang lebih aman untuk kandungan saya. Tapi, saya amat sangat kepingin sekali melihat laut, Tuhan.. :( (Duh, ngidam macam apa saya ini...)

Macaroni Schotel ala Mamah :)


Note : Masakan mamah emang selalu I.S.T.I.M.E.W.A :9

Ngidam kali ini judulnya : Nggak cocok sama makanan Jepara. Sorry to say, tapi selama disini belum nemu kuliner yang sreg di lidah. Berawal dari ngobrol-ngobrol ringan habis kerja sama mbak Nina soal macaroni schotel, aku langsung kepikiran!! BIKIN!!

Alhasil Sabtu (15/10) pagi tadi aku ngajakin mamah ke pasar buat beli bahan. Nggak usah banyak-banyak, yang penting bisa ngicipin aja udah seneng banget..hihi

Ini aku kutip sedikit bahan sama cara masaknya ya.. :

Bahan :
  1. 5 siung bawang putih
  2. 2 buah bawang bombay
  3. 1/2 kg daging ayam (aku prefer pake dada ayam)
  4. Hati sama rempela ayam (masing-masing 4 biji)
  5. 2 buah susu ultra milk putih ukuran sedang
  6. 5 butir telur ayam
  7. 500 ml tepung terigu yang udah dilarutkan sama air putih
  8. Sosis ayam
  9. Macaroni
  10. Keju kraft (buat topping)
  11. Blueband
  12. Lada, merica, garam, gula pasir
Cara masaknya :
  1. Rebus hati ayam+rempela (jangan lupa air rebusan pertamanya dibuang,ganti lagi)
  2. Rebus dada ayam yang udah dicuci bersih+dipotong,masukin juga hati ayam+rempela yang udah setengah matang. (Oiya, air rebusannya yang ini jangan dibuang, bisa jadi kaldu tambahan lho..)
  3. Rebus macaroni (jangan kelamaan..)
  4. Kocok lepas telur ayam
  5. Panasin wajan, tuang minyak goreng+blueband secukupnya
  6. Tumis bawang putih,bawang bombay sampai harum
  7. Masukin larutan tepung, aduk sampai kalis
  8. Masukin macaroni, dada ayam, hati ayam, rempela, sosis yang udah dipotong, sambil terus diaduk rata
  9. Tuang telur ayam, susu ultra, aduk terus supaya nggak kering
  10. Tambahin gula pasir, garam, lada, merica secukupnya
  11. Tunggu sebentar sampai agak mendidih
  12. Tuang ke loyang alumunium, tambahin keju kraft parut diatasnya.
  13. Panggang di oven atau microwave kurang lebih 15 menit
Yummy :9 alhamdulillah masih bisa masak berdua bareng sama mamah. Nikmat sekali rasanya..^^

Menyapa Bunda sama Abi :)

kelu

Note : Hey Nak,lagi apa ya kira-kira didalam sana?

Belum juga sebulan, udah kontrol lagi ke dokter kandungan. Ngepasin Abi pulang jadinya sekalian aja kesana. Awalnya kata dokter nggak usah USG aja, cuma didengerin suara detak jantungnya (hihi..suaranya lucu, bergema-gema), kan baru kemaren kontrolnya, tapi akunya minta USG. Pas dilihat, Wow..subhanallah amazing!! Baru 3 minggu udah tumbuh berkembang segitu cepetnya :) insyaallah sehat, dan semoga begitu sampe nanti pas lahiran. Amin ^^

Kenapa feelingnya nanti baby girl ya? Gara-gara sering salah nulis nama kalo ada nasabah apply rekening baru, namanya siapa gitu? aku nulisnya "ALIA". Si nasabah bilang, "Bu, itu nulis namanya salah" Hihihi..maafin ya?

Alhamdulillahnya nggak ngalamin yang namanya morning sickness. Bukannya takabur juga sih? Tapi Allah kasih kemudahan (mungkin) karena akunya jauh sama Abi, jauh sama mamah, jauh sama Ibu, sendirian di kost. Jadinya harus lebih kuat dan tahan banting :D Tapi udah mulai suka gampang capek dan dikantor udah mulai pake flat shoes terus..

Hmm..minggu depan udah masuk minggu ke 16 nih? Semoga babyku sehat, bundanya juga, Abinya juga, semuaaanya didoain sehat ya? Supaya kita bisa kumpul bareng lagi ^^

Smell of rice field

Ujug-ujug keinget desa Piyono, kabupaten Purworejo, tempat asal abi :) Sebelum nikah udah pernah kesana, tapi kebetulan sawahnya baruuu aja panen, jadi nggak ada yang bisa di-narsisin buat objek foto :p


Noted : Husband, untung jalanan sepi deh :))

Baru sadar juga, ternyata kalau disana itu setiap desa biasanya berbentuk seperti kotak, dan antara desa satu sama desa yang lain dibatasi dengan sawah atau sungai *ini kata abi :)) dan alhamdulillahnya pas honeymoon kemarin, saya sama abi berkunjung kesana dan..taraaa sawahnya hampir panen, artinya masih bisa lihat pemandangan langka yang udah nggak bisa dilihat di kota. *kegirangan* ^^ asyik, bau sawah..

Noted : sumpah, lahan sawahnya luaaaaas banget!!

Jarak dari rumah ibu ke sawah nggak begitu jauh. Lebih asyik kalau mau kesana itu sehabis subuh sampai matahari terbit atau sebelum kabutnya hilang. Jalanan masih sepi, paling cuma warga yang hilir mudik naik sepeda onthel buat ke sawah atau mobil bak terbuka yang ngangkut gabah buat dijemur. Kalau siang, cuacanya menyengat dan anginnya lumayan kenceng. Desa Piyono itu lumayan deket pesisir pantai selatan Jawa, jadi udaranya udah beraroma laut.

Noted : Serasa jalanan milik berdua :P Sepiiii amat..

Yeaay..pemandangan indah emang nggak ada habisnya buat diabadikan. Tapi, sesuka-sukanya saya sama pemandangan sawah, laut masih tetep jadi JUARA! ;-)

Selamat Bersiap Lahir, Sayang

Waw.. ada yang sudah berdetak di rahim saya, tangan dan kakinya juga sudah mulai aktif bergerak walau terlihat lambat. Berbeda dengan apa yang saya lihat satu bulan sebelumnya melalui layar USG 2D, bentuknya masih seperti kecebong. Saya nyaris tidak bisa membedakan, apakah itu bakal janin saya atau hanya kantung udara?

Awalnya agak pesimis, karena ritme hidup saya agak berantakan dan harus bolak-balik Semarang-Jepara setiap minggu, dengan kondisi jalan arah ke Jepara yang kurang ramah, juga meja kerja di lantai 2, menggunakan high heels 5cm setiap hari, apakah calon anak saya bisa kuat? Makanan pun saya kurang bisa aware memenuhi gizi yang baik. Tapi.. alhamdulillah, calon anak mau mengerti situasi bundanya. :) i love you Baby. Mari bertahan sehat di rahim Bunda 7 bulan kedepan dan tidak kurang suatu apapun..

Walaupun Abinya juga jauh, dan cuma bisa mendoakan calon anak dari sana, insyaallah dia juga paham. Pasti nanti kita bertiga bisa kumpul bersama deh ya? Amiiin..

Lacto-Ovo Vegetarian

Udah agak lama sih saya kepikiran buat stop makan daging-dagingan. Bukan karena kepingin supaya badan saya langsing, tapi saya itu penyayang binatang. Mana tega sih makan daging hewan yang suka disayang-sayang??

Dulu, dibelakang rumah saya ada seekor kambing yang suka rutin main kerumah. Kebetulan, belakang rumah itu adalah kawasan DepSos yang buat menampung gelandangan atau pengungsi. Tanah yang cukup luas itu dipakai pegawainya untuk memelihara kambing, ayam, dan bebek. Sering melihat hewan-hewan itu makan dan bermain, saya jadi nggak tega. Membayangkannya saja saya nggak sanggup. :(

Sampe sekarang, doa saya yang paling awet setelah doa buat orangtua sih, doa supaya nggak tinggal atau hidup di daerah yang masyarakatnya pengkonsumsi daging, terutama daging yang nggak lazim dikonsumsi.

Kenapa baru mulai di usia 23 tahun? Udah kepikiran dari jaman SMA, cuman karena makanan yang dikonsumsi cuma sayur sama buah, saya malah jatuh sakit. Ujung-ujungnya pasti kena typus. Belum bisa total stop makan daging, ya sedikit mengurangi. Keberanian memutuskan itu setelah saya punya penghasilan sendiri. Saya bisa menganggarkan penghasilan saya untuk membeli buah dan sayuran lebih banyak dari biasanya.

Titik baliknya adalah sewaktu episode Master Chef Indonesia yang memasak daging sapi langsung di tempat pemotongan hewan. Para kontestan memasak dengan latar badan sapi, tanpa kepala yang sudah disembelih dan digantung di udara. Sejak itu saya mulai eneg makan daging. Kemudian, saat saya sakit di Jepara dan mulai bosan dengan makanannya. Saya kepengin beli KFC. Saya beli dada ayam dan mencoba memakannya, tapi, tenggorokan saya susah sekali buat menelan ayam itu. That's the point!!

Lantas, saya ini termasuk kategori vegetarian yang mana ya? Secara, saya masih doyan minum susu sapi juga makan telur?

Vegetarian tidak berarti orang yang hanya makan sayur saja, tetapi vegetarian terbagi atas beberapa tipe. Setiap tipe mempunyai aturan tersendiri. Tipe vegetarian terbagi atas:
  • Vegan

    Tidak mengkonsumsi semua daging binatang baik itu daging merah, daging unggas atau daging ikan. Vegan juga tidak mengkonsumsi produk olahan dari binatang sepeti telur, susu, atau keju.
  • Lacto Vegetarian

    Tidak mengkonsumsi semua jenis daging (daging merah, daging unggas atau daging ikan) dan telur. Tetapi tetap mengkonsumsi susu.
  • Lacto Ovo Vegetarian

    Tidak mengkonsumsi semua jenis daging tetapi diperbolehkan mengkonsumsi telur atau susu.
  • Pesca Vegetarian

    Tidak mengkonsumsi daging merah atau daging unggas tetapi diperbolehkan tetap mengkonsumsi telur, susu dan daging ikan.
  • Flexitarian

    Merupakan tingkatan yang banyak memberikan kelonggaran karena jenis ini masih boleh mengkonsumsi daging dan produk olahannya sekali-kali.
  • Frutarian

    Hanya makan buah-buahan, biji-bijian dan kacang-kacangan yang kaya vitamin E dan berguna untuk kecantikan kulit dan membuat awet muda.
  • Raw Foodist

    Hanya mengkonsumsi makanan mentah, karena proses memasak dianggap dapat merusak hal alami yang ada.
Sumber : http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/309-vegetarian.html

Selanjutnya, mau pilih yang mana? ^^

Madre : "Biang" racikan Dee


Judul : Madre, Kumpulan Cerita
Penulis : Dee
Cetakan : Pertama, Juni 2011
Penerbit : Bentang
Tebal : xiv + 162 halaman

Awesome. Itulah yang ada dibenak saya setiap kali menunggu karya Dee muncul di pasaran. Rasanya seperti hendak membuka kado ulang tahun dalam sebuah kotak berpita manis. Saya belum sempat membaca semua karya Dee, saya melewatkan semua edisi Supernova yang konon kondang itu. Saya hanya sempat melahap Rectoverso, sang novel hybrid, baik novel maupun musiknya, kemudian Filosofi Kopi, Perahu Kertas, dan dipungkasi oleh Madre.

Dee memang salah satu penulis Tanah Air yang fenomenal. Apik dalam tarik suara, lincah dalam tulis-menulis. Saya menyukai apa yang Dee karyakan, karena karya-karyanya teramat halus dan tulus. Banyak menceritakan kisah percintaan yang tidak sevulgar penulis wanita lain. Membacanya terasa seperti memasuki lorong waktu. Hening dan senyap. Tanpa perlu takut mengernyitkan kening karena istilah yang membuat kita berpikir apa artinya. Baca saja, jalani saja alur yang terhampar dihadapanmu. ^^

Madre : Tansen Wuisan, lelaki bebas, hidup di Bali, ibunya telah meninggal saat melahirkannya, ayahnya memberinya kebebasan hidup atau dengan kata lain mengacuhkannya. Tansen pergi ke Jakarta. Ke sebuah acara pemakaman, yang dia sendiri tak tahu siapa yang dimakamkan. Dia datang jauh-jauh karena orang yang baru saja dimakamkan itu memberinya sepucuk surat wasiat. Tan Sie Gie, adalah orang yang mewariskan surat itu kepada Tansen.

Alih-alih uang atau benda berharga lain, surat itu membawa Tansen ke sebuah rumah di kawasan tua Jakarta. Seorang kakek tua bernama Hadi mempersilahkannya masuk, dan dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk Tansen.

Madre. Ya, Madre adalah warisan yang dimaksudkan. Madre adalah adonan biang roti berumur puluhan tahun. Dan rumah tua itu adalah bekas toko Tan De Bakker, sebuah toko roti yang masyur di eranya. Dari situlah Tansen mengetahui bahwa Tan Sie Gie adalah kakeknya yang berdarah Tionghoa dan Laksmi, neneknya yang berdarah India adalah pembuat Madre sejak berpuluh tahun silam.

Madre membawanya kearah yang tak terduga. Semula ia merasa bebas, enggan terikat, namun Madre telah menambat hatinya. Pengalaman pertamanya membuat roti dengan Madre membuatnya ingin membangkitkan lagi Tan De Bakker. Pak Hadi dan juga bekas karyawan Tan De Bakker lainnya bersemangat saat Mei, seorang perempuan muda Tionghoa mengajak Tansen bekerjasama.

Madre hanya satu diantara 13 kumpulan cerita dan prosa. Meski sebagian sudah pernah dipublikasikan oleh Dee dalam blog pribadinya. Tak ada salahnya jika mengulang atau menjadikan Madre sebagai salah satu bacaan berkualitas dirumah. Selamat membaca :)

Barang Idaman

Maniak nonton film Jepang dari kecil, mulai dari baca komik, kartun, sampai dorama dibabat habis. Tapi, yang paling diingat itu tas ranselnya Nobita. Secara, saya penggemar tas ransel. Bentuknya kotak simetris dan kaku. Pas kemarin nemu ada page yang jual tas Jepang, wow!! Eh selain tas juga ada dompet gitu. Harganya 9.500 Yen. Tapi waktu dikursin ke rupiah, Fantastis!! Bombastis!! Dompetnya seharga Rp.994.000. #Nggakjadingiler.


Tasnya cantik banget :( Tapi nggak nahan liat harganya kalo dirupiahin.. *Glek



Ini dia dompet manis yang berhasil narik perhatian. Harganya..euuuw nggak nahan :((

sumber foto : http://www.facebook.com/porcorosso.japan?closeTheater=1

Ini dia : Duniaku yang baru :)

Pakdhe Win, Ibu, Abi, Nida, Mamah, Ayah ( 18 Juni 2011 )

Akhirnya, setelah 3 tahun, saya dan Abi menjalani hubungan jarak jauh Jakarta - Semarang, kami bisa menikah juga. Merencanakan hal rumit ini melalui media telepon, BBM, facebook, blog, juga twitter. Jarak antara lamaran hingga pernikahan memang terbilang agak lama, karena gedung resepsi yang letaknya dekat dengan rumah sudah full-booked sampai 6 bulan kedepan. Bisa dibilang pernikahan jaman sekarang bukan lagi menentukan hari baik, tapi menentukan dan mensinkronkan gedung yang bisa dipakai, katering, dan lain-lain. Yeaah, akhirnya.. Alhamdulillah karena sudah menjadi halal untuk Abi. (^^)

Setelah menikah, apa yang akan saya lakukan? Jujur saja, rasanya saya seperti ada di dunia lain. Gegar budaya, mungkin mirip-mirip seperti itulah istilahnya. Biasanya, saya mah suka cuek mau ngapa-ngapain, eh sekarang ada satu orang yang harus saya istimewakan sebelum saya mengistimewakan diri sendiri. Secuek-cueknya saya, tetap saja, Abi harus prioritas nomor satu.

Masalah pekerjaan. Abi masih harus menyelesaikan pekerjaannya di Jakarta, dan saya juga masih harus ada di Jepara. Saya belum bisa memutuskan untuk resign. Karena, memang nggak bisa dipungkiri, tanggung jawabnya sudah berbeda, saya nggak mau membiarkan Abi sendirian mencari rezeki untuk keluarga baru kami. Memang, Allah sudah menjamin rezeki bagi hambanya, apalagi yang sudah menikah, Allah nggak akan membiarkan kami terlantar. Dan, pernikahan ini membawa saya ke alam yang lebih realistis. Ada beberapa pos pendanaan yang harus saya penuhi untuk membantu Abi. :)

Ada beberapa hal lagi yang baru saya sadari setelah menikah, (tanpa mengesampingkan Allah sebagai sesuatu yang abadi), diantaranya :
  1. Perasaan cinta yang mulai bertunas untuk kemudian tumbuh tanpa akhir.
  2. Ada tempat untuk bersandar dan berbagi 7 days/24 hours.
  3. Ada keluarga baru yang siap menerima kedatanganmu.
  4. ...sisanya nanti sejalan dengan waktu ya :)
Museum Nasional Indonesia, Jakarta ( 28 Juni 2011 )

Hmm, memang menikah itu membahagiakan, tapi jangan terlalu berjaga pada momen yang bahagia saja. Karena, jika suatu saat terjatuh, akan terasa sekali sakitnya. Belajar dari masalah yang kemarin, itu bikin saya kuat. Dan, diatas semuanya, jangan terlalu bersandar sama sesama manusia, karena manusia itu relatif dan yang pasti itu cuma Allah. (^^)

Oiya, hari ini miladnya Abi ke 29 tahun. Semoga Abi sehat selalu, dimudahkan mencari rizki yang halal dan berkah, dijauhkan dari hal-hal yang buruk, dan selalu diberikan kesempatan untuk terus berbuat kebaikan. Love you, Abi :-*

Malam Ini Saya Terluka

Sudah terlalu kebas untuk sekadar menangis. Dulu airmata saya sudah habis untuk itu. Jika boleh, ingin sekali saya menonjok muka wanita itu. Tidakkah dia sadar? Dia berpijak diluka hati wanita lain?

Saya tak menaruh dendam, karena ini serupa cerita fiksi pendek yang saya karang semalam. Hanya saja, saya tak kan pernah habis pikir. Berbahagia dengan pria atau wanita diatas luka hati seorang wanita dan juga anak-anaknya adalah keputusan bodoh dari seorang yang dikatakan dewasa.

Seorang kawan bercerita dengan tersedu tentang keluarganya. Ditengah segala tawa dan senyum yang saya katakan indah itu, ternyata dia dan juga ibundanya tengah memeram duka. Duka yang ikut saya rasakan juga. Kenyataan bahwa ibundanya hanya ibu rumah tangga tanpa penghasilan tambahan yang harus bergantung pada suami yang kini memutuskan membagi cintanya pada keluarga dengan wanita lain yang baru saja dikenalnya melalui email.

Kawan saya tak mampu membohongi suara hatinya, bahwa ada yang tak biasa dengan nada bicara dan bahasa tubuh ayahandanya itu. Kejadian ini bukan pertama kalinya, sehingga kawan saya seakan memiliki alarm yang cukup sensitif untuk merasakan perubahan itu.

Sebagai karib, saya hanya bisa diam. Karena dalam diam pun saya turut merasakan. Dan, tak pernah habis pikir dimanakah letak kesalahannya?.

Semarang, 15 Mei 2011

Si Pemungut Kucing



Little Opa, manja kalau pas jatahnya makan :)

Jam kerja udah lewat. HP tiba-tiba bunyi, eh ternyata mamah yang telepon. Kasih kabar kalau Faisal, adik saya, baru saja nemu anak kucing dikampusnya. Anak kucing itu warnanya hitam dan masih kecil. Bahkan belum cukup kuat untuk jalan, apalagi buat cari makan sendiri.

Terus terang saja, telinga keluarga saya memang rada sensitif kalau ada suara anak kucing. Pasti langsung nengok, nyari kemana arah suara itu berasal.. *hehe*. Nah, pas mau pulang, Faisal denger ada anak kucing nangis. Pas dicari ternyata suara itu anak kucing yang nyelip diantara motor-motor di parkiran. Karena iba, diambillah anak kucing itu dan dibawa pulang kerumah.

Awalnya, mamah sih nolak mentah-mentah. Karena bakalan ketiban sampur tambahan, apalagi binatang peliharaan kami dirumah udah lumayan banyak. Belum lagi masalah bersih-bersih yang menyita waktu beliau :p *Hapunten ya Mah.. Walaupun akhirnya mamah kasih ijin buat ngerawat anak kucing baru, mamah nyuruh Faisal belanja ke Indomaret buat beli bubur bayi, biskuit marie regal, juga sebotol minyak telon buat perlengkapan anak kucing.

1/4 biskuit Marie Regal + 2 Sdm susu Dancow. Menu harian Little Opa..

Little Opa, itu nama yang Faisal kasih buat pendatang baru dirumah kami. Alhamdulillah sekarang badannya agak berisi, makannya 3x sehari dan cukup lahap. Setelah makan, badannya dibalurin minyak telon supaya tetep hangat, dan nggak lupa dideket pet carriernya dikasih lampu supaya badannya nggak kedinginan.

Semarang, Ahad, 10 April 2011

Love Life















Suka geli kalau liat foto yang nggak disengaja ini :) after 3 years, finally... NB : Foto kiri diambil di Gd.Landmark Lt.12 tanggal 06 Agustus 2010. Foto kanan diambil di daerah Monas, Jakarta baru-baru ini. *Lol

Hujan dan Perlengkapannya


14:20 WIB
Ternyata musim sudah nggak baku seperti hafalan jaman SD ya? Dulu, musim panas atau hujan itu baku setiap 6 bulan sekali. Tapi semakin kesini, aturan baku itu mulai kacau atau lebih nggak jelas. Setiap hari itu seperti main tebak-tebakan hitung kancing. Hujan-Panas-Hujan-Panas...dst

14:38 WIB
2 bulan yang lalu, pantai Jepara kurang asyik buat didatangi. Karena frekuensi hujan masih deras dan gelombang laut yang masih tinggi, bikin air laut jadi kusam, nggak cantik buat diajak main, yang ada malahan mual karena ombaknya yang cukup "menggoyang" meski cuma sekedar duduk di dermaga pulau Panjang.

15:00 WIB
Sekarang, sore ini saya menulis ditemani dengan hujan. Posisi yang dekat dengan jendela kamar dan kolam ikan tentu meneduhkan. Meski sesiangan tadi, udara cukup terik, saya paham hujan akan segera turun karena gantungan bambu penanda angin berbunyi kencang. Kilat, meski frekuensinya jarang, tapi terdengar nyaring. Mungkin hujan sudah turun di pelosok kota yang lain.

15:16 WIB
Hujan sudah reda. Guntur masih sesekali bergemuruh nyaring. Shasya, kucing lokal berumur 1 tahun juga ikut tertidur dekat laptop.

15:23 WIB
Waktunya berkemas. Hujan belum selesai. Saya sangat menikmati bunyi gantungan bambu penanda angin.

Beberapa Hal Yang Bikin Saya :

Sudah lama saya nggak nulis, nggak ngetik. Tulisan saya pun nggak berkembang, kosakata saya juga nggak bertambah. Sementara, tulisan saya tampung dulu di BB atau di buku agenda kerja.

Begini, sejak 4 bulan saya bekerja di Jepara, banyak hal yang membuat saya tambah bersyukur, kadang sih sepele. Tapi bukankah bersyukur itu nggak mengenal hal remeh temeh?

Kadang, saya bekerja hingga larut. Pulang kerja sebelum maghrib terasa aneh, karena matahari belum benar-benar terbenam, dan mata saya terbiasa keluar kantor disaat jalanan sudah sepi dan sangat lengang. Jepara, kota ini kota kecil yang bisa dibilang makmur dengan berkembang pesatnya usaha meubel dan beberapa BUMN nasional di bidang tenaga listrik dan uap.

Setiap hari saya bertemu dengan banyak orang, dimana saat PMS saya sudah tidak bisa lagi berwajah masam seenaknya. Selalu tersenyum dan mencoba lebih ramah. Karakter masyarakat disini tentu tidak sama dengan karakter masyarakaat perkotaan. Disitulah kesabaran diuji. Menyenangkan.

Kadang, saya berpikir, bisa terdampar di kota ini adalah suatu kebetulan yang aneh tapi mengasyikkan. Rutinitas yang stagnan kadang bikin saya merasa "STUCK", tapi bukankah banyak orang yang menginginkan posisi saya saat ini? Bersyukur.

Begitu pula dengan berkerudung. Niat menutup aurat kadang bisa saja dikalahkan oleh kesempatan. Banyak orang yang saya kenal, melepas kerudung karena masalah pekerjaan, keluarga, pacar, dan segala alasan duniawi lainnya. Tapi saya tetap bisa bekerja nyaman dengan memakai kerudung tanpa batasan. Bersyukur.

Juga sederet syukur-syukur lainnya...

Nikmat manakah yang kau Dustakan?