Mengobati Pusar Bodong

Singkat saja ya. ( saya nulis ini pakai hp sambil gendong anak bungsu soalnya, jadi agak kesulitan. )

Sejak Aisha lahir di akhir Oktober tahun lalu dan tali pusatnya lepas di usia minggu pertama, saya tidak melakukan apa-apa seperti yang disarankan orangtua, menekan pusarnya menggunakan koin yang dibungkus dengan kain kassa.

Awalnya biasa saja, tapi karena intensitas Aisha menangis sambil mengejan sering sekal, pusarnya lama kelamaan jadi menjorok keluar. Dasarnya saya yang malas pakai koin, jadilah saya googling cara mengatasinya.

Dari kata kunci, "cara mengobati pusar bodong" saya menemukan 1 pengalaman orangtua yang sama. Ternyata tidak perlu sampai dibawa ke dokter untuk mengobatinya. Cukup cubit pelan kulit disekitar pusar, kemudian diberi plester rol yang saya ganti setiap habis mandi pagi. Saya melakukan ini selama hampir 1, 5 bulan dan alhamdulillah sekarang pusarnya sudah tidak menjorok keluar lagi.

Mungkin cara ini bisa digunakan untuk kasus yang tidak perlu tindakan dokter, tapi jika perlu tindakan khusus atau ragu, jangan takut untuk datang ke dokter. :)

Seiring Senada

Semenjak aku pertama menerimamu menjadi orang yang paling kukasihi, aku menaruh harap  akan menjadi orang yang paling kau kasihi.

Menjadi orang yang pertama kali kau lihat begitu pagi datang dan terakhir kau lihat menjelang tidur.

Menjadi orang yang pertama mendengar semua ceritamu, ceritaku.

Menjadi satu-satunya rumah bagimu, bagiku.

Semarang, menjelang Senin medio November.

Melihatmu, melihatku akan mengingatkan pada kebaikan, bahwa jalan ini masih panjang. Dan, tentu aku ingin menjadi ladang amal bagimu.

Ketika Harga Naik

Semenjak kenaikan harga BBM akhir tahun 2014 kemarin, hampir semua harga ikut terkerek naik. Tak terkecuali bahan makanan. Mulai dari harga cabai, beras, daging, rempah-rempah, telur ayam, dan masih banyak lagi.

Semalam saya membeli nasi goreng langganan yang lewat didepan rumah. Sekitar tahun 2004, harga seporsinya Rp. 4.000,- kalau ditambah sate ayam atau sate kulit ayam jadi Rp. 6.000, - dan untuk sekarang harganya jadi Rp. 13.000, -  sudah termasuk 2 tusuk sate, lengkap dengan taburan kerupuk dan irisan kol juga mentimun. Cukup murah, ya?

Sambil makan saya berpikir, harga segitu dan saya bisa makan dengan kenyang, abang penjual untungnya berapa ya? Komponen nasi goreng yang saya hitung ada : beras, bumbu, cabai, telur ayam, daging ayam/kulit ayam, kol, mentimun, kerupuk.

Dalam beberapa acara reportase investigasi di televisi pernah menyiarkan tentang betapa "kreatif"-nya oknum yang mencampurkan bahan berbahaya kedalam bahan makanan dengan tujuan lebih awet, menggunakan bangkai supaya menekan modal demi keuntungan yang lebih banyak.

Semoga saja kenaikan harga sekarang ini tidak diikuti dengan naiknya "kreativitas"  penjual makanan dan minuman disekitar kita. Biarlah yang disiarkan di televisi itu menjadi semacam alarm bagi kita sebagai pembeli.