Sudah lama saya nggak nulis, nggak ngetik. Tulisan saya pun nggak berkembang, kosakata saya juga nggak bertambah. Sementara, tulisan saya tampung dulu di BB atau di buku agenda kerja.
Begini, sejak 4 bulan saya bekerja di Jepara, banyak hal yang membuat saya tambah bersyukur, kadang sih sepele. Tapi bukankah bersyukur itu nggak mengenal hal remeh temeh?
Kadang, saya bekerja hingga larut. Pulang kerja sebelum maghrib terasa aneh, karena matahari belum benar-benar terbenam, dan mata saya terbiasa keluar kantor disaat jalanan sudah sepi dan sangat lengang. Jepara, kota ini kota kecil yang bisa dibilang makmur dengan berkembang pesatnya usaha meubel dan beberapa BUMN nasional di bidang tenaga listrik dan uap.
Setiap hari saya bertemu dengan banyak orang, dimana saat PMS saya sudah tidak bisa lagi berwajah masam seenaknya. Selalu tersenyum dan mencoba lebih ramah. Karakter masyarakat disini tentu tidak sama dengan karakter masyarakaat perkotaan. Disitulah kesabaran diuji. Menyenangkan.
Kadang, saya berpikir, bisa terdampar di kota ini adalah suatu kebetulan yang aneh tapi mengasyikkan. Rutinitas yang stagnan kadang bikin saya merasa "STUCK", tapi bukankah banyak orang yang menginginkan posisi saya saat ini? Bersyukur.
Begitu pula dengan berkerudung. Niat menutup aurat kadang bisa saja dikalahkan oleh kesempatan. Banyak orang yang saya kenal, melepas kerudung karena masalah pekerjaan, keluarga, pacar, dan segala alasan duniawi lainnya. Tapi saya tetap bisa bekerja nyaman dengan memakai kerudung tanpa batasan. Bersyukur.
Juga sederet syukur-syukur lainnya...
Nikmat manakah yang kau Dustakan?
Begini, sejak 4 bulan saya bekerja di Jepara, banyak hal yang membuat saya tambah bersyukur, kadang sih sepele. Tapi bukankah bersyukur itu nggak mengenal hal remeh temeh?
Kadang, saya bekerja hingga larut. Pulang kerja sebelum maghrib terasa aneh, karena matahari belum benar-benar terbenam, dan mata saya terbiasa keluar kantor disaat jalanan sudah sepi dan sangat lengang. Jepara, kota ini kota kecil yang bisa dibilang makmur dengan berkembang pesatnya usaha meubel dan beberapa BUMN nasional di bidang tenaga listrik dan uap.
Setiap hari saya bertemu dengan banyak orang, dimana saat PMS saya sudah tidak bisa lagi berwajah masam seenaknya. Selalu tersenyum dan mencoba lebih ramah. Karakter masyarakat disini tentu tidak sama dengan karakter masyarakaat perkotaan. Disitulah kesabaran diuji. Menyenangkan.
Kadang, saya berpikir, bisa terdampar di kota ini adalah suatu kebetulan yang aneh tapi mengasyikkan. Rutinitas yang stagnan kadang bikin saya merasa "STUCK", tapi bukankah banyak orang yang menginginkan posisi saya saat ini? Bersyukur.
Begitu pula dengan berkerudung. Niat menutup aurat kadang bisa saja dikalahkan oleh kesempatan. Banyak orang yang saya kenal, melepas kerudung karena masalah pekerjaan, keluarga, pacar, dan segala alasan duniawi lainnya. Tapi saya tetap bisa bekerja nyaman dengan memakai kerudung tanpa batasan. Bersyukur.
Juga sederet syukur-syukur lainnya...
Nikmat manakah yang kau Dustakan?