Ada satu cerita dari korban selamat bom Ritz Carlton - JW.Marriot kemarin di harian JawaPos pagi ini. Yang selamat adalah sekuriti dari Hotel JW.Marriot, ini kali kedua dia selamat dari ledakan bom, setelah yang pertama pada tahun 2003 lalu di hotel yang sama. Dia selamat karena pada saat ledakan sedang melaksanakan shalat dhuha (Subhanallah!). Rupanya sebelum kejadian, seorang kawannya menyarankannya untuk menunaikan shalat sunnah yang terberkahi tersebut. Dan atas kehendak Allah pula, dia terselamatkan. Yang kedua, bukan soal bom lagi.
Sekitar satu tahun yang lalu, ada kebakaran di suatu daerah di Semarang. Daerah ini merupakan kawasan padat penduduk yang rumahnya saling berdempetan. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Quran, bahwa bencana akan datang saat sepertiga malam atau menjelang subuh, kebakaran itu pun terjadi pada saat sepertiga malam. Dimana jam tersebut adalah saat orang sedang tertidur lelap. Namun tidak halnya bagi seorang kakek. Saat orang lain tertidur dia sedang asyik bertafakur, bersujud, menikmati waktu akhir malam dengan menunaikan shalat tahajud. Dalam shalatnya Ia berdoa agar dihindarkan dari marabahaya, shalatnya terusik saat didengarnya ada suara gaduh diluar rumah dan hawa terasa panas. Saat pintu rumah dibuka, dilihatnya orang-orang ramai memadamkan api. Ternyata terjadi kebakaran. Namun apa yang mengherankan? Rumah disebelah kanan-kiri si kakek sudah hangus terbakar, sedangkan rumahnya masih tegak berdiri, api tak menjilatnya sama sekali. (Subhanallah!Allahu Akbar!)
Saat seorang kawan berpulang ke Rahmatullah pada 17 Mei lalu, saya merenungkannya. Betapa tidak? Kematiannya membawa pesan bagi siapapun yang mau mengambil ibrah darinya. Dia meninggal pukul 10.00 pagi, saya mempertanyakan, Apakah almarhum sempat shalat sunnah dhuha sebelumnya? Apakah almarhum sempat membaca doa sebelum meninggalkan rumah dan saat berkendara?
Betapa tidak?
Jika saja mau menyempatkan diri disela waktu kita yang sempit untuk menunaikan 2 rakaat shalat dhuha dipagi hari sebelum beraktifitas, semoga Allah berkenan menjaga kita hingga sore hari.
Betapa tidak?
Jika saja mau membaca doa sebelum bepergian, semoga Allah meridhai langkah-langkah dan memberikan keselamatan bagi kita.
Wallahu alam.
Sekitar satu tahun yang lalu, ada kebakaran di suatu daerah di Semarang. Daerah ini merupakan kawasan padat penduduk yang rumahnya saling berdempetan. Seperti yang Allah firmankan dalam Al-Quran, bahwa bencana akan datang saat sepertiga malam atau menjelang subuh, kebakaran itu pun terjadi pada saat sepertiga malam. Dimana jam tersebut adalah saat orang sedang tertidur lelap. Namun tidak halnya bagi seorang kakek. Saat orang lain tertidur dia sedang asyik bertafakur, bersujud, menikmati waktu akhir malam dengan menunaikan shalat tahajud. Dalam shalatnya Ia berdoa agar dihindarkan dari marabahaya, shalatnya terusik saat didengarnya ada suara gaduh diluar rumah dan hawa terasa panas. Saat pintu rumah dibuka, dilihatnya orang-orang ramai memadamkan api. Ternyata terjadi kebakaran. Namun apa yang mengherankan? Rumah disebelah kanan-kiri si kakek sudah hangus terbakar, sedangkan rumahnya masih tegak berdiri, api tak menjilatnya sama sekali. (Subhanallah!Allahu Akbar!)
Saat seorang kawan berpulang ke Rahmatullah pada 17 Mei lalu, saya merenungkannya. Betapa tidak? Kematiannya membawa pesan bagi siapapun yang mau mengambil ibrah darinya. Dia meninggal pukul 10.00 pagi, saya mempertanyakan, Apakah almarhum sempat shalat sunnah dhuha sebelumnya? Apakah almarhum sempat membaca doa sebelum meninggalkan rumah dan saat berkendara?
Betapa tidak?
Jika saja mau menyempatkan diri disela waktu kita yang sempit untuk menunaikan 2 rakaat shalat dhuha dipagi hari sebelum beraktifitas, semoga Allah berkenan menjaga kita hingga sore hari.
Betapa tidak?
Jika saja mau membaca doa sebelum bepergian, semoga Allah meridhai langkah-langkah dan memberikan keselamatan bagi kita.
Wallahu alam.
0 komentar:
Posting Komentar