Kopi Nusantara, Khasnya Mendunia

Menurut saya, kopi itu candu. Gimana ngga candu kalo tiap hari minimal satu cangkir kopi harus diminum? Kopinya sih bisa apa aja, mau kopi instan yang sachet atau kopi khas nusantara juga boleh. Tapi saya lebih sering minum kopi Aceh Gayo. Kebetulan seorang kawan yang asli inong Aceh ngasih saya satu paket kopi Gayo yang sudah diroast kasar. Rasanya mantap tiada dua..

Beberapa tahun yang lalu kopi belum jamak ditelinga, apalagi yang namanya ngopi ditempat yang nyaman, bukan budaya Semarang banget deh! Tapi sekarang, di Semarang, khususnya didaerah Semarang atas udah ada beberapa tempat ngopi. Mau yang cozy atau yang rame kayak di warung kopi (warkop) bisa dijadikan alternatif selera yang sama-sama asyik. Walaupun udah banyak kopi yang diblend dengan aneka macam rupa, tapi pilihan saya tetep jatuh ke kopi klasik yang nggak banyak sentuhan. Kopi Kalosi Toraja yang sedikit asam atau kopi Aceh Gayo yang rasanya sedikit pekat dilidah adalah kesukaan saya.

Nusantara kita kaya, Kopi salah satunya..
Kopi Indonesia saat ini ditilik dari hasilnya, menempat peringkat keempat terbesar di dunia. Kopi memiliki sejarah yang panjang dan memiliki peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Indonesia diberkati dengan letak geografisnya yang sangatlah cocok bagi tanaman kopi. Letak Indonesia sangat ideal bagi iklim mikro untuk pertumbuhan dan produksi kopi. (http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_Indonesia).

Perkebunan kopi dapat ditemukan membujur dari ujung barat hingga timur Indonesia. Perbedaan tingkat keasaman tanah juga tempat kembang tanaman kopi yang tidak sama ditiap daerah membuat kopi Indonesia mempunyai rasa yang kaya, meskipun letaknya berdekatan, contoh rasa kopi Aceh Gayo tidak sama dengan rasa kopi Mandailing. Masing-masing memiliki tingkat keasaman, kepekatan, kekayaan aromanya sendiri. Ada satu lagi kopi asli Indonesia yang amat mahsyur hingga ke penjuru dunia, kopi luwak namanya. Kopi ini sedikit berbeda dari kopi pada umumnya. Varietas kopi Arabica yang telah matang dimakan oleh hewan luwak, kemudian biji kopi yang bercampur feses luwak itulah yang diolah. Konon katanya biji kopi yang bercampur feses itu bila telah diolah rasanya sangat sedap. Namun karena produksinya sangat terbatas, maka harga kopi luwak relatif mahal. Di salah satu gerai kopi di Semarang, secangkir kopi ini dihargai kurang lebih Rp.80.000,-. Sedangkan di Amerika satu cangkir mencapai $10-20. Bahkan saking terkenalnya acara Oprah Winfrey Show pernah mengulasnya.

Asal-usul kopi (http://id.wikipedia.org/wiki/Kopi_Indonesia)
Pada awalnya kopi di Indonesia berada di bawah pemerintah Belanda. Kopi diperkenalkan di Indonesia lewat Sri Lanka. Pada awalnya pemerintah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia (Jakarta), Sukabumi dan Bogor. Kopi juga ditanam di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatra dan Sulawesi. Pada permulaan abad ke-20 perkebunan kopi di Indonesia terserang hama, yang hampir memusnahkan seluruh tanaman kopi. Pada saat itu kopi juga ditanam di Timor dan Flores yang pada saat itu berada di bawah pemerintahan bangsa Portugis. Jenis kopi yang ditanam di sana juga adalah kopi Arabika dan kopi ini tidak terserang hama.

Pemerintah Belanda kemudian menanam kopi Liberika untuk menanggulangi hama tersebut. Varietas ini tidak begitu lama populer dan juga terserang hama. Kopi Liberika masih dapat ditemui di pulau Jawa, walau jarang ditanam sebagai bahan produksi komersial. Biji kopi Liberika sedikit lebih besar dari biji kopi Arabika dan kopi Robusta. sebenarnya, perkebunan kopi ini tidak terserang hama, namun ada revolusi perkebunan dimana buruh perkebunan kopi menebang seluruh perkebunan kopi di Jawa pada khususnya dan di seluruh Indonesia pada umumnya. Robusta menggantikan kopi Liberika. Walaupun ini bukan kopi yang khas bagi Indonesia, kopi ini menjadi bahan ekspor yang penting di Indonesia.


Bencana alam, Perang Dunia II dan perjuangan kemerdekaan - semuanya mempunyai peranan penting bagi kopi di Indonesia. Pada awal abad ke-20 perkebunan kopi berada di bawah kontrol pemerintahan Belanda. Infrastruktur dikembangkan untuk mempermudah perdagangan kopi. Sebelum Perang Dunia II di Jawa Tengah terdapat jalur rel kereta api yang digunakan untuk mengangkut kopi, gula, merica, teh dan tembakau ke Semarang untuk kemudian diangkut dengan kapal laut. Kopi yang ditanam di Jawa Tengah umumnya adalah kopi Arabika. Kopi Arabika juga banyak diproduksi di kebun - kebun seperti (Kayumas, Blawan, Kalisat/Jampit) di Bondowoso, Jawa Timur. Sedangkan kopi robusta di Jawa Timur, banyak diproduksi dari kebun - kebun seperti Ngrangkah Pawon (Kediri), Bangelan (Malang), Malangsari, Kaliselogiri (Banyuwangi). Di daerah pegunungan dari Jember hingga Banyuwangi terdapat banyak perkebunan kopi Arabika dan Robusta. Kopi Robusta tumbuh di daerah rendah sedangkan kopi Arabika tumbuh di daerah tinggi.

Setelah kemerdekaan banyak perkebunan kopi yang diambil alih oleh pemerintah yang baru atau ditinggalkan. Saat ini sekitar 92% produksi kopi berada di bawah petani-petani kecil atau koperasi.


0 komentar: