Kakek Tercinta Sepanjang Masa

Aki Tanuwinata adalah kakek saya dari pihak mamah. Aki (sebutan bagi kakek dalam bahasa Sunda) adalah seorang pensiunan kepala sekolah. Aki berbadan kurus dan tinggi serta rambut yang seluruhnya sudah memutih sejak usia muda. Menurut cerita para Uwa (Oom atau Tante dalam bahasa Sunda), Aki juga memiliki ilmu kanuragan yang digunakan untuk melindungi diri dan keluarga pada jaman penjajah dahulu kala. Hobi beliau bercocok tanam di kebun, dan memelihara ikan. Aki menikah dan hidup sederhana dengan Ene' (nenek) yang terhitung masih memiliki pertalian darah dan ketujuh orang anaknya, sering pula sanak saudara menitipkan anak mereka untuk dididik oleh Aki dan Ene'. Mereka berdua mendidik keras anak-anaknya dalam nuansa religius yang ketat. Setahu saya, ketujuh anak Aki sukses dibidang masing-masing dan tetap dalam kesahajaan seperti ajaran Aki dulu.

Saya tidak terlalu mengenal pribadi Aki secara langsung, saya tidak ingat pernah ditimang dan didongengi sebelum tidur. Kisah hidup Aki lebih banyak saya ketahui dari Mamah dan saudara yang lain yang pernah bersentuhan dengan sisi hidup Aki. Memasuki tahun 2000, Aki mulai sering sakit-sakitan, hingga terus terbaring diranjang tanpa dipan, sengaja memudahkan Aki merangkak ke kamar mandi untuk menunaikan hajat juga berwudhu.

Aki seorang yang shaleh. Meski hanya bisa terbaring diranjang karena kaki yang sudah lemah, bukan keluh kesah yang terdengar. Gumaman kecil itu digantikan oleh bacaan Al-Quran. Dibacanya kitab itu hingga berulang kali khatam. Jika waktu shalat fardhu tiba, beliau merangkak ke kamar mandi untuk berwudhu, atau jika sudah tak kuat maka lebih sering bertayamum. Jika lebaran tiba, sering kuping saya dibisikinya agar jangan lupa shalat 5 waktu dan membaca Al-Quran. Itu pesan terakhir Aki yang masih kerap saya ingat sebelum Aki wafat dalam usia 93 (kurang lebih) pada tahun 2003. Menurut kabar dari orang yang menandu jenazah Aki, jenazah Aki sangat ringan serta berbau wangi. Juga kami sering bermimpi melihat Aki dalam busana serba putih didepan rumahnya yang asri juga megah. Insyaallah Aki bahagia. Wallahu'alam

Aki memang sudah 6 tahun berpulang namun cerita-cerita kecil tentang beliau masih kami dengar. Jika waktu senggang, saya juga mamah sering membicarakan Aki semasa hidup. Kadang kami tersedu karena rindu, kadang kami tertawa mengenang perilaku Aki yang lucu. Semisal, Mamah yang kerap digendong Aki dipunggung saat hujan dengan berpayung daun pisang atau Aki yang dengan sengaja menaruh makhluk halus untuk menjaga rumah dan makhluk itu dilihat orang sampai terkencing dicelana dan pingsan..

Aki bukan hanya idola sepanjang masa tapi juga tokoh panutan dalam segala hal. Saya sangat merindukan Aki. Semenjak Aki wafat belum pernah saya didatanginya dalam mimpi. Tapi beberapa hari menjelang sidang Tugas Akhir saya 9 Desember 2009 yang lalu, Aki datang!! Saya bertemu Aki disebuah tempat mirip pasar. Ada Aki disana, sedang duduk diundakan tangga dan dikerumuni banyak orang. Saya tidak bisa menyelinap diantara orang-orang disekitar Aki. Tapi tiba-tiba Aki merangkul, memeluk, dan mengusap kepala saya. Seolah memberikan restu akan usaha yang sudah saya lakukan demi merampungkan penelitian ini. Keesokan harinya saya merasa mimpi semalam seperti nyata. Dengan bungah saya ceritakan itu kepada mamah, dan saudara-saudara yang lain. Insyaallah Aki merestui, begitu kata mereka.

Meski Aki sudah tiada dan Uwa Samsul sebagai pengganti Aki dalam keluarga besar kami pun sudah berpulang, keluarga kami masih terus bertahan. Dengan segala kelebihan dan kekurangan yang masing-masing individu miliki, rasa kekeluargaan kami terus menguat dengan rutin berkirim kabar meski berbatas jarak.


0 komentar: