Ada hari ketika saya lebih memilih untuk diam. Memikirkan berulang kali kalimat apa yang akan saya tuangkan. Mengalahkan hati untuk memenangkan logika, bahwa apakah kata - kata yang saya tuangkan nantinya akan membuat si pendengar tersakiti atau tidak?
Ya, sekalipun saya yakin bahwa ini benar dan dia salah. Namun agaknya prinsip seperti itu sudah lama berlalu dan saatnya bagi saya untuk menghapus segala macam perbantahan, sekalipun itu dirasa perlu.
Dalam buku Cerdas dan diCintai ( Dr.Akram Ridha ) disebutkan bahwa perdebatan adalah setiap penyanggahan atas perkataan lawan bicara dengan menampakkan kecacatannya. Adapun perbantahan mempunyai pengertian yang hampir sama dengan perdebatan, yaitu merendahkan perkataan orang lain dan melemahkan dengan cara menjelekkan pembicaraannya dan mengaitkannya dengan kekurangan dan kebodohannya. Karena ada dua yang mendorong kita, manusia untuk melakukan hal tersebut :
(1). Nafsu untuk menampakkan ilmu dan keutamaannya --> Sombong dan Ujub.
(2). Nafsu ingin menampakkan kekurangan orang lain --> Marah dan Permusuhan.
Sangat sulit rupanya menjaga etika lisan ketika berbicara, sehingga seringkali demi posisi diatas angin, kita mencederai hati - hati yang ada disekitar kita. Dan etika lisan dapat kita raih dengan menjaga lisan kita dari segala bentuk perbantahan, sekalipun kita dalam posisi mutlak.
Kita memiliki dua telinga dan satu mulut. Seyogyanya, kita lebih baik mendengarkan dan meninggalkan perbantahan dan pembicaraan yang kurang bermanfaat.
Ya, sekalipun saya yakin bahwa ini benar dan dia salah. Namun agaknya prinsip seperti itu sudah lama berlalu dan saatnya bagi saya untuk menghapus segala macam perbantahan, sekalipun itu dirasa perlu.
Dalam buku Cerdas dan diCintai ( Dr.Akram Ridha ) disebutkan bahwa perdebatan adalah setiap penyanggahan atas perkataan lawan bicara dengan menampakkan kecacatannya. Adapun perbantahan mempunyai pengertian yang hampir sama dengan perdebatan, yaitu merendahkan perkataan orang lain dan melemahkan dengan cara menjelekkan pembicaraannya dan mengaitkannya dengan kekurangan dan kebodohannya. Karena ada dua yang mendorong kita, manusia untuk melakukan hal tersebut :
(1). Nafsu untuk menampakkan ilmu dan keutamaannya --> Sombong dan Ujub.
(2). Nafsu ingin menampakkan kekurangan orang lain --> Marah dan Permusuhan.
Sangat sulit rupanya menjaga etika lisan ketika berbicara, sehingga seringkali demi posisi diatas angin, kita mencederai hati - hati yang ada disekitar kita. Dan etika lisan dapat kita raih dengan menjaga lisan kita dari segala bentuk perbantahan, sekalipun kita dalam posisi mutlak.
Kita memiliki dua telinga dan satu mulut. Seyogyanya, kita lebih baik mendengarkan dan meninggalkan perbantahan dan pembicaraan yang kurang bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar