Pagi tadi saya menghadiri acara seminar parenting yang diadakan oleh komite wali murid di sekolahnya Aliyya. Ini kali kedua saya datang menemaninya, hal yang belum bisa saya lakukan dihari biasa.
Selesai makan dan berganti pakaian, Aliyya duduk sambil nonton upin-ipin dan saya beberes barang yang akan dibawa ke sekolah. 2 buah susu ultra milk dan sebotol air putih. Aliyya bertanya, " bunda mau kemana? Salim dulu." Aih, rupanya dia mengira saya akan kekantor. Saya jelaskan bahwa kita akan pergi ke sekolah buat main playdough terus bunda ada acara seminar dilantai 2, girang sekali ekspresinya. "Asyik..Asyik, aku sayang bunda..", begitu katanya. Bahkan dia memakai sepatunya sendiri tanpa saya bantu.
Sesampainya disekolah, saya mengantarnya masuk kedalam kelas. Mencium pipi dan memeluknya. Saya bilang akan kembali menjemputnya dan menunggunya diluar, dibawah pohon seperti yang biasanya dilakukan Abi.
Ini pertama kalinya saya mengikuti seminar parenting. Saya duduk sendiri ditengah ruangan sambil membaca buku yang saya bawa dari rumah. Tidak ada yang saya kenal disana dan mungkin saya yang paling muda. Dengan tema mengenai cara mengenali emosional anak, saya merasa seperti gelas kosong. Ini yang saya hadapi. Jika biasanya informasi didapat dari buku, internet, kali ini lebih tercerahkan karena lebih aplikatif. Saya baru tahu jika peran Ayah sangat penting dalam perkembangan emosional anak. Intinya, saya tidak merasa sendiri dan beruntung bahwa suami adalah sosok Ayah yang baik dan disayangi oleh anak-anak. Suami saya jauh lebih sabar dan komunikatif, tidak heran mereka akan lengket sekali dengan Abinya jika kebetulan Abi tidak sedang ada worktrip.
Seperti baterai yang terisi penuh, energi baru, itulah perasaan saya setelah acara ini selesai. Bergegas saya menjemput Aliyya. Rupanya sampai disana Aliyya nggak pakai kerudung dan kelihatan habis menangis. Dia langsung memeluk kaki saya dan bilang, "aku sayang bunda, bunda kok lama sih?" Wali kelasnya cerita kalau Aliyya habis jatuh, kepalanya terbentur karena didorong oleh anak lelaki teman sekelasnya.
Duh, baru aja ya acara seminarnya selesai. Saya berusaha menahan emosi. Meskipun orangtua anak itu sudah meminta maaf, tapi saya nggak suka kalau anak saya diperlakukan kasar, apalagi sampai kena kepala. Saya diam saja. Sadar bahwa hal seperti ini memang tidak terhindarkan dilingkungan sekolah. Saya memeluk Aliyya dan bilang supaya lain kali lebih hati-hati saja.
Pulang sekolah sengaja saya mengajaknya ke Superindo untuk membeli buah apel dan susu kotak kesukaannya. Dia senang sekali dan sepertinya sudah lupa tadi habis jatuh.
Ah, meskipun cuma sebentar. Mungkin dilain waktu saya harus meluangkan waktu berdua saja dengannya. Ke supermarket atau ke taman bermain. Saya merasa lebih dekat karena tidak bisa dipungkiri hubungan kami sempat merenggang pasca kelahiran Aisha, anak kedua saya. Tidak hanya untuk sekarang, mungkin bisa juga dipraktikkan dimasa depan.
Semarang, 28 November 2015