Sudah hampir 21 tahun hidup saya selalu dikelilingi kucing. Seumur saya memelihara kucing, hanya 1 kali saya mempunyai kucing anggora dan sisanya adalah kucing domestik. Kenapa harus kucing domestik? Tentu saya punya alasan sendiri.
Mungkin sudah sering saya membahas soal kucing di blog ini. Tapi saya selalu ingin menuliskan pengalaman-pengalaman yang saya punya bersama kucing domestik peliharaan saya. Tingkah laku, pola makan, maupun isyarat yang mereka lakukan selalu saja memantik ide untuk dituliskan.
Aming, adalah salah satu diantaranya. Sebenarnya, kucing jantan ini bukanlah kucing peliharaan kami. Dia milik salah seorang tetangga yang selalu datang kerumah disaat jam makan pagi, siang, maupun sore. Sepertinya, dia mengenali bau kucing yang ada dirumah saya. Selain Aming, ada juga kucing-kucing liar lainnya yang suka mampir, untuk ikut makan atau hanya sekedar meminta minum.
Apakah saya terdengar seperti seorang pengkhayal? Mungkin bagi sebagian, jawabannya adalah IYA. Tapi ada juga sebagian yang punya kesenangan yang sama. Dan saya sih yakin-yakin saja dengan jalan yang saya tempuh, bukankah tiap orang punya kesenangan yang berbeda?
Aming, seperti layaknya kucing jantan yang masuk masa birahi, juga pergi meninggalkan rumah demi mencari sang betina. Dia tidak pulang hingga kira-kira 2 tahun lamanya. Kami sekeluarga mengira Aming sudah mati. Tapi nyatanya, Aming pulang. Dengan bulu yang kotor dan badan yang kaku (dilihat sekilas saja sudah bisa dibedakan, mana yang lama terurus dengan mana yang tidak).
Ternyata, ada luka menganga yang bernanah dan bau dibelakang telinga kanan Aming. Saya pun urung menggendongnya. Menjijikan tapi saya juga tidak berani membubuhkan obat disana. Seperti yang banyak dikatakan orang bahwa kucing punya beberapa "nyawa", ini dibuktikan oleh Aming. Dia punya daya tahan yang kuat, hingga beberapa pekan kemudian setelah lukanya berulang kali sembuh dan kambuh, akhirnya luka menjijikan itu sembuh total. Tanpa obat apapun, alhamdulillah.
Sekarang Aming masih suka datang kerumah dan bergabung dengan 7 kucing lainnya untuk makan 3 kali sehari. Kendati, Aming adalah kucing liar yang kotor tapi dia tidak pernah jorok dirumah kami. Setidaknya, bagi kami, itu sudah cukup sebagai ucapan terima kasihnya.
Semarang, November 2010
Mungkin sudah sering saya membahas soal kucing di blog ini. Tapi saya selalu ingin menuliskan pengalaman-pengalaman yang saya punya bersama kucing domestik peliharaan saya. Tingkah laku, pola makan, maupun isyarat yang mereka lakukan selalu saja memantik ide untuk dituliskan.
Aming, adalah salah satu diantaranya. Sebenarnya, kucing jantan ini bukanlah kucing peliharaan kami. Dia milik salah seorang tetangga yang selalu datang kerumah disaat jam makan pagi, siang, maupun sore. Sepertinya, dia mengenali bau kucing yang ada dirumah saya. Selain Aming, ada juga kucing-kucing liar lainnya yang suka mampir, untuk ikut makan atau hanya sekedar meminta minum.
Apakah saya terdengar seperti seorang pengkhayal? Mungkin bagi sebagian, jawabannya adalah IYA. Tapi ada juga sebagian yang punya kesenangan yang sama. Dan saya sih yakin-yakin saja dengan jalan yang saya tempuh, bukankah tiap orang punya kesenangan yang berbeda?
Aming, seperti layaknya kucing jantan yang masuk masa birahi, juga pergi meninggalkan rumah demi mencari sang betina. Dia tidak pulang hingga kira-kira 2 tahun lamanya. Kami sekeluarga mengira Aming sudah mati. Tapi nyatanya, Aming pulang. Dengan bulu yang kotor dan badan yang kaku (dilihat sekilas saja sudah bisa dibedakan, mana yang lama terurus dengan mana yang tidak).
Ternyata, ada luka menganga yang bernanah dan bau dibelakang telinga kanan Aming. Saya pun urung menggendongnya. Menjijikan tapi saya juga tidak berani membubuhkan obat disana. Seperti yang banyak dikatakan orang bahwa kucing punya beberapa "nyawa", ini dibuktikan oleh Aming. Dia punya daya tahan yang kuat, hingga beberapa pekan kemudian setelah lukanya berulang kali sembuh dan kambuh, akhirnya luka menjijikan itu sembuh total. Tanpa obat apapun, alhamdulillah.
Sekarang Aming masih suka datang kerumah dan bergabung dengan 7 kucing lainnya untuk makan 3 kali sehari. Kendati, Aming adalah kucing liar yang kotor tapi dia tidak pernah jorok dirumah kami. Setidaknya, bagi kami, itu sudah cukup sebagai ucapan terima kasihnya.
Semarang, November 2010
3 komentar:
lucu juga :)
Apanya ik, mas? Kucingnya atau sepreinya? ^^
hebat juga si Aming, pergi 2 tahun masih bisa kembali...
kalo saya, gak pernah pelihara kucing, tapi setiap makan siang selalu ada kucing yg menunggu di depan pintu...
ya, mau gak mau, terpaksa di beri..
Posting Komentar