Madre : "Biang" racikan Dee


Judul : Madre, Kumpulan Cerita
Penulis : Dee
Cetakan : Pertama, Juni 2011
Penerbit : Bentang
Tebal : xiv + 162 halaman

Awesome. Itulah yang ada dibenak saya setiap kali menunggu karya Dee muncul di pasaran. Rasanya seperti hendak membuka kado ulang tahun dalam sebuah kotak berpita manis. Saya belum sempat membaca semua karya Dee, saya melewatkan semua edisi Supernova yang konon kondang itu. Saya hanya sempat melahap Rectoverso, sang novel hybrid, baik novel maupun musiknya, kemudian Filosofi Kopi, Perahu Kertas, dan dipungkasi oleh Madre.

Dee memang salah satu penulis Tanah Air yang fenomenal. Apik dalam tarik suara, lincah dalam tulis-menulis. Saya menyukai apa yang Dee karyakan, karena karya-karyanya teramat halus dan tulus. Banyak menceritakan kisah percintaan yang tidak sevulgar penulis wanita lain. Membacanya terasa seperti memasuki lorong waktu. Hening dan senyap. Tanpa perlu takut mengernyitkan kening karena istilah yang membuat kita berpikir apa artinya. Baca saja, jalani saja alur yang terhampar dihadapanmu. ^^

Madre : Tansen Wuisan, lelaki bebas, hidup di Bali, ibunya telah meninggal saat melahirkannya, ayahnya memberinya kebebasan hidup atau dengan kata lain mengacuhkannya. Tansen pergi ke Jakarta. Ke sebuah acara pemakaman, yang dia sendiri tak tahu siapa yang dimakamkan. Dia datang jauh-jauh karena orang yang baru saja dimakamkan itu memberinya sepucuk surat wasiat. Tan Sie Gie, adalah orang yang mewariskan surat itu kepada Tansen.

Alih-alih uang atau benda berharga lain, surat itu membawa Tansen ke sebuah rumah di kawasan tua Jakarta. Seorang kakek tua bernama Hadi mempersilahkannya masuk, dan dia sudah mempersiapkan sesuatu untuk Tansen.

Madre. Ya, Madre adalah warisan yang dimaksudkan. Madre adalah adonan biang roti berumur puluhan tahun. Dan rumah tua itu adalah bekas toko Tan De Bakker, sebuah toko roti yang masyur di eranya. Dari situlah Tansen mengetahui bahwa Tan Sie Gie adalah kakeknya yang berdarah Tionghoa dan Laksmi, neneknya yang berdarah India adalah pembuat Madre sejak berpuluh tahun silam.

Madre membawanya kearah yang tak terduga. Semula ia merasa bebas, enggan terikat, namun Madre telah menambat hatinya. Pengalaman pertamanya membuat roti dengan Madre membuatnya ingin membangkitkan lagi Tan De Bakker. Pak Hadi dan juga bekas karyawan Tan De Bakker lainnya bersemangat saat Mei, seorang perempuan muda Tionghoa mengajak Tansen bekerjasama.

Madre hanya satu diantara 13 kumpulan cerita dan prosa. Meski sebagian sudah pernah dipublikasikan oleh Dee dalam blog pribadinya. Tak ada salahnya jika mengulang atau menjadikan Madre sebagai salah satu bacaan berkualitas dirumah. Selamat membaca :)

4 komentar:

Unknown 25 Juli 2011 pukul 23.58  

Jadi tambah pengin baca nih,Nid.Saya jg terkesan dg karyakarya Dee.

Nida Fauzi 31 Juli 2011 pukul 07.08  

Jujur sih dari 13 prosa dan puisi di buku ini, yang saya suka cuma Madre sama Menunggu Layang-Layang aja :) Perahu Kertas sama Rectoverso tetep JUARA ^^

mbandah 28 September 2011 pukul 02.33  

hahaa.. aku juga (akhirnya) punya madre. tulisannya Dee banget, mampu bikin ketawa di saat yang tak terduga, bikin asyik bacanya..

nidafs 9 Oktober 2011 pukul 07.39  

hihi.. bagus kan,mbak Ndah? Anyway, ada info buku atau novel bagus nggak,mbak?