Semenjak kenaikan harga BBM akhir tahun 2014 kemarin, hampir semua harga ikut terkerek naik. Tak terkecuali bahan makanan. Mulai dari harga cabai, beras, daging, rempah-rempah, telur ayam, dan masih banyak lagi.
Semalam saya membeli nasi goreng langganan yang lewat didepan rumah. Sekitar tahun 2004, harga seporsinya Rp. 4.000,- kalau ditambah sate ayam atau sate kulit ayam jadi Rp. 6.000, - dan untuk sekarang harganya jadi Rp. 13.000, - sudah termasuk 2 tusuk sate, lengkap dengan taburan kerupuk dan irisan kol juga mentimun. Cukup murah, ya?
Sambil makan saya berpikir, harga segitu dan saya bisa makan dengan kenyang, abang penjual untungnya berapa ya? Komponen nasi goreng yang saya hitung ada : beras, bumbu, cabai, telur ayam, daging ayam/kulit ayam, kol, mentimun, kerupuk.
Dalam beberapa acara reportase investigasi di televisi pernah menyiarkan tentang betapa "kreatif"-nya oknum yang mencampurkan bahan berbahaya kedalam bahan makanan dengan tujuan lebih awet, menggunakan bangkai supaya menekan modal demi keuntungan yang lebih banyak.
Semoga saja kenaikan harga sekarang ini tidak diikuti dengan naiknya "kreativitas" penjual makanan dan minuman disekitar kita. Biarlah yang disiarkan di televisi itu menjadi semacam alarm bagi kita sebagai pembeli.
Ketika Harga Naik
Ditulis oleh
nidafs
14 Januari 2015
0 komentar:
Posting Komentar