Beberapa hari ini saya sempat memikirkan dua hal, mungkin akan sedikit saya bagi karena saya tidak tahan untuk tidak menuliskannya. Saya tidak menghakimi, dan ini hanya penilaian atas satu subjek saja.
Satu :
Kenapa pria dengan mudah membagi hatinya dengan wanita lain yang baru datang dan tidak tahu proses bagaimana pria ini bermetamorfosis?
Dia datang ketika sang pria sudah dalam keadaan mapan. Bahkan, dia tidak tahu bahwa pria yang baru dia puja kemarin sore itu pernah menggelandang demi mengirit rupiah saat mengadu nasib di ibukota? Sang pria menikahi wanita hebat yang telah memberinya dua anak. Wanita berhati lapang dan samudera kesabaran yang tiada batas itu telah menemaninya sampai sang pria di posisi yang mapan.
Saya tidak bisa memahaminya, bahkan saya tidak pernah mau mendengar alasan apapun untuk kejadian semacam ini. Tergelincir khilaf, tercebur pada kealpaan. Apapun kilahnya, jika saya berhadapan dengan pria macam ini, saya ingin sekali meninju mukanya kuat-kuat. Saya merasa memahami bagaimana sakitnya (semoga saya tidak akan pernah mengalami hal macam itu,Tuhan).
Dua :
Kenapa Tuhan belum memberikan saya kesempatan untuk berlibur sejenak? Okelah, sebagai pekerja kantoran, lima hari berturut-turut, jam 6.30 sudah duduk manis di meja dan berusaha keras sebisa mungkin menyelesaikan pendingan pekerjaan kemarin, dan pulang sehabis maghrib. Atau kadang pulang diatas jam 8 malam, dan ditanya orang, "Baru pulang jam segini,mbak??"
Intinya saya butuh liburan dan Tuhan belum memberikan saya kesempatan terbaik untuk melakukannya. Dimulai dari wisuda adik bungsu (momen sekali seumur hidup, nggak mungkin dong saya melewatkannya?), hingga kapal yang beroperasi harus docking sampai bulan Desember, padahal Desember biasanya sudah mulai masuk musim baratan, dimana kapal berhenti beroperasi karena ombak laut meninggi dan angin kencang.
Desember adalah waktu berlibur terakhir sebelum Januari depan saya resmi "bedrest" jika kandungan memasuki minggu ke-28. Saya sempat hopeless, karena saya tidak mau berlibur ke tempat lainnya selain mengunjungi pantai itu.
Suami mengingatkan saya agar bersabar dan menawarkan akan menemani saya berlibur ke tempat lain yang lebih aman untuk kandungan saya. Tapi, saya amat sangat kepingin sekali melihat laut, Tuhan.. :( (Duh, ngidam macam apa saya ini...)
Satu :
Kenapa pria dengan mudah membagi hatinya dengan wanita lain yang baru datang dan tidak tahu proses bagaimana pria ini bermetamorfosis?
Dia datang ketika sang pria sudah dalam keadaan mapan. Bahkan, dia tidak tahu bahwa pria yang baru dia puja kemarin sore itu pernah menggelandang demi mengirit rupiah saat mengadu nasib di ibukota? Sang pria menikahi wanita hebat yang telah memberinya dua anak. Wanita berhati lapang dan samudera kesabaran yang tiada batas itu telah menemaninya sampai sang pria di posisi yang mapan.
Saya tidak bisa memahaminya, bahkan saya tidak pernah mau mendengar alasan apapun untuk kejadian semacam ini. Tergelincir khilaf, tercebur pada kealpaan. Apapun kilahnya, jika saya berhadapan dengan pria macam ini, saya ingin sekali meninju mukanya kuat-kuat. Saya merasa memahami bagaimana sakitnya (semoga saya tidak akan pernah mengalami hal macam itu,Tuhan).
Dua :
Kenapa Tuhan belum memberikan saya kesempatan untuk berlibur sejenak? Okelah, sebagai pekerja kantoran, lima hari berturut-turut, jam 6.30 sudah duduk manis di meja dan berusaha keras sebisa mungkin menyelesaikan pendingan pekerjaan kemarin, dan pulang sehabis maghrib. Atau kadang pulang diatas jam 8 malam, dan ditanya orang, "Baru pulang jam segini,mbak??"
Intinya saya butuh liburan dan Tuhan belum memberikan saya kesempatan terbaik untuk melakukannya. Dimulai dari wisuda adik bungsu (momen sekali seumur hidup, nggak mungkin dong saya melewatkannya?), hingga kapal yang beroperasi harus docking sampai bulan Desember, padahal Desember biasanya sudah mulai masuk musim baratan, dimana kapal berhenti beroperasi karena ombak laut meninggi dan angin kencang.
Desember adalah waktu berlibur terakhir sebelum Januari depan saya resmi "bedrest" jika kandungan memasuki minggu ke-28. Saya sempat hopeless, karena saya tidak mau berlibur ke tempat lainnya selain mengunjungi pantai itu.
Suami mengingatkan saya agar bersabar dan menawarkan akan menemani saya berlibur ke tempat lain yang lebih aman untuk kandungan saya. Tapi, saya amat sangat kepingin sekali melihat laut, Tuhan.. :( (Duh, ngidam macam apa saya ini...)
0 komentar:
Posting Komentar