Emak Ingin Naik Haji

"Ayoo.. yang belum nonton? Jangan sampe ketinggalan nonton EINH yaaa..??? Dijamin keimanan kita untuk berhaji insyaallah bertambah kuat!"

Saya nonton film ini di E-Plaza, Semarang. Satu teater isinya cuma 9 orang dan duduknya pisah jauh-jauh. Berasa milik sendiri. Karena disitu saya ngga ngerasa tanggung buat nangis atau ketawa.

Tiba-tiba.... saya rindu Tanah Suci :-(

Saya suka cerpen ini karena setelah dibukukan bersama cerita pendek lainnya, royalti buku ini akan digunakan untuk menghajikan mereka yang ingin ke Tanah Suci namun tidak ada biaya.

Subhanallah!! Tanpa pikir panjang saya pun membeli buku ini, karena dengan jaminan nama mbak Asma Nadia sebagai penulis, semua ceritanya pasti bermakna dan menyegarkan jiwa.


Setelah membacanya saya tau bahwa pilihan saya benar!


Versi cerpen tidak jauh berbeda dengan versi filmnya. Hanya ada penambahan beberapa adegan dan juga tokoh. Kalo di versi cerpen, cerita berhenti setelah Zein tertabrak mobil karena saking gembiranya setelah tau bahwa salah satu nomor undian yang berhadiah umroh adalah nomor undian milik Zein.


Kalo versi film. Setelah Zein tertabrak, Zein dilarikan ke rumah sakit oleh si Penabrak (tokoh politikus yang bertengkar dengan istrinya didalam mobil, sebelum akhirnya menabrak Zein. Istri si politikus itu meninggal akibat tabrakan itu). Karena anak sulung pak Haji yang berkali-kali umroh dan naik haji sudah bernazar jika dia dan bayi yang dikandungnya selamat maka dia akan memberangkatkan haji Emak dan Zein.


Happy Ending...!!!

Ceritanya memang sederhana karena diangkat dari realitas kebanyakan masyarakat Indonesia. Film yang sederhana ini hadir berbarengan dengan film kiamat 2012 juga beberapa film panas sampah khas Indonesia. Emak Ingin Naik Haji (EINH) jadi semacam pemuas dahaga buat kita yang bosan nonton film monoton seperti itu. Agak disayangkan juga karena saat saya menonton EINH, penontonnya cuma segelintir. Kontras dengan antrian 2012 yang mengular. Bahkan full booked sampe besok.


Two thums up buat mbak Asma Nadia juga semuanya yang terlibat dalam pembuatan cerpen ini sampe diangkat ke layar lebar. Film "sehat" inilah yang kita butuhkan saat ini.


ps : semoga cerpen-cerpen mbak Asma Nadia lainnya juga bisa diangkat ke layar lebar :-) Amin

0 komentar: