Setelah Krisis Berakhir

Kini saya menjelang 22 tahun. Bodohnya, saya baru saja menyadari bahwa semenjak remaja hingga beranjak dewasa ternyata saya mengalami krisis hubungan antara ibu dan anak gadisnya. Krisis yang lazim dialami para Ibu dengan anak gadisnya yang beranjak remaja ini akibat tidak terbangunnya komunikasi dua arah yang baik, antara Ibu dengan puterinya. Tidak adanya dorongan untuk saling mengerti satu sama lain. Karena laiknya anak remaja yang masih mendasarkan sikap pada ego, pada saat remaja saya pun mempunyai sifat keras kepala dan ingin menang sendiri. Sayangnya hubungan yang tidak sehat itu terjalin selama bertahun-tahun.

Dan situasi buruk itu membaik dengan sendirinya. Saya tidak berusaha mencari tahu krisis apakah yang saya alami. Namun, buku selfhelp yang saya baca membuat saya sadar, ada yang salah dengan pola komunikasi antara saya dengan mamah. Dulu jika sedang marah karena tidak suka dengan sesuatu, saya tidak akan pernah mengungkapkannya. Hanya dipendam dalam hati. Dan semuanya tergambar dengan jelas dari raut wajah. Kini, beranjak dewasa, saya dan mamah lebih sering berdua di dapur, mengobrol sambil mengupas kentang, mengiris bawang, atau mengupas rambutan sambil tertawa-tawa. Kedekatan itu juga karena sayalah yang lebih sering bersama mamah dirumah dan mengantar mamah kemanapun mamah minta, misal ke arisan bulanan ibu-ibu Pasundan.




0 komentar: