Ras Versus Domestik

Kucing. Makhluk karnivora ini sudah jadi klangenan manusia sejak berabad silam. Terdapat bermacam jenis kucing yang bisa kita pilih sebagai hewan peliharaan dirumah. Sifatnya yang manja dan senang bermain dengan manusia menjadi salah satu alasan mengapa orang suka pada hewan berbulu ini.

Lazimnya orang memilih kucing jenis persia atau anggora sebagai peliharaan. Kucing jenis ini biasanya silsilahnya terjaga karena diharuskan memiliki sertifikat keturunan. Bulunya yang lebat dan bentuk muka yang bulat juga berhidung agak melesak kedalam membuat kucing ini berharga diatas rata-rata. Untuk anakan saja bisa dihargai ratusan ribu. Perawatannya pun tidak bisa main-main karena harus cermat dan teliti. Makanan juga minumannya harus bersih dan berkualitas agar kesehatan si kucing terjaga. Harus rutin dimandikan juga berkunjung ke dokter hewan untuk memantau keadaan si Pus.

Namun, ada juga sebagian orang yang lebih memilih memelihara kucing domestik atau kucing kampung. Kadang, nasib kucing kampung tidak seberuntung kucing ras yang mendapat keistimewaan lebih karena silsilahnya yang tidak jelas juga hidup dijalanan yang notabene kotor. Kucing kampung biasa ditemukan di pasar, di rumah sakit, di penampungan sampah, di dekat tempat makan, atau dimana saja. Kucing kampung sering mendapatkan perlakuan kasar dari orang yang tidak punyai nurani.

Kenapa Harus Kucing Domestik?
Sedari saya balita, orangtua saya sudah memelihara kucing. Bahkan, konon beberapa generasi terdahulu keluarga saya sudah menjadikan kucing sebagai sahabat keluarga. Kucing kampung menjadi pilihan kami karena dalam beberapa hal mereka dinilai lebih unggul ketimbang kucing ras. Mereka mempunyai daya tahan yang lebih untuk hidup dijalan, tidak memerlukan makanan khusus yang bernilai mahal, juga tidak memerlukan perawatan yang rumit. Namun yang perlu diingat adalah tidak boleh memberi makan kucing ikan asin, karena ikan asin bisa membuat bulu kucing rontok.

Bila dipelihara dengan cermat pun, kucing kampung bisa nampak sehat melebihi kucing ras. Pertambahan berat badan pada kucing kampung akan lebih terlihat jelas ketimbang pada kucing ras karena bulu kucing kampung tidak selebat bulu kucing ras.

Kadang, saya miris melihat beberapa kucing ras peliharaan tetangga yang nampak besar badannya tapi setelah saya gendong ternyata ringan, bahkan tulang punggungnya menonjol. Dan bila dimandikan akan nampak bangun tubuhnya yang asli. Malah lebih besar dan sehat kucing kampung peliharaan saya..hihi

Makanya saya memutuskan bersimpati pada hewan-hewan dijalan. Yang tidak bertuan dan harus mengais sampah untuk bertahan hidup. Pernah ada kawan yang bertanya, ”Mengapa kamu memilih bersimpati pada hewan dan bukan manusia?”, saya menjawab bahwa tiap orang memiliki rasa simpati yang tidak bisa dipaksakan. Bersimpati dengan hewan, bukan berarti kehilangan rasa kemanusiaan bukan?

Kisah
Sudah banyak kisah saya dengan kucing kampung tidak bertuan. Beberapa kali saya dan mamah mengadopsi anak kucing di pasar atau anak kucing yang dibuang orang di got depan rumah. Kadang harus perang batin atau adu mulut dengan Ayah karena tidak tega mendengar suara anak kucing yang mengiau. Untuk anak kucing yang masih merah, saya menyuapinya dengan susu dancow hangat dicampur dengan bubur bayi. Dan menidurkannya didalam kardus yang dialasi handuk bekas. Jika anak kucingnya sudah mulai sehat dan lincah, saya harus rela kasur saya dinodai kotoran kucing..hehe

Setiap kali ke pasar, mamah, saya, atau Faisal menyempatkan diri tengok kanan kiri atau bawah mencari siapa tahu ada anak kucing yang kelaparan. Membeli sekeranjang ikan pindang kemudian memberikannya pada mereka. Rasanya lega bisa berbagi kebahagiaan. Walau kemarin, saat saya dan mamah ke pasar, seorang pedagang kudapan langganan berkata beberapa hari yang lalu banyak kucing yang mati karena kelaparan dan kedinginan.

3 komentar:

latree@dandelion 7 Februari 2010 pukul 01.13  

aku juga lebih suka kucing kampung nid. labih mudah perawatannya, dan bisa buat ngusir tikut :D
kalo kucing ras (di mataku) kok kurang gesit gitu...

lawabiroe 13 Februari 2010 pukul 01.46  

wah,, jarang2 liat kucing kembang telon gemuk... itu kucingmu sendiri ?

Nida Fauzi 13 Februari 2010 pukul 02.05  

*Mbak Latree : Yuuk..sangat amat setuju,mbak :-) Kapan2 main lagi kerumahya? sama anak2nya mbak juga boleh diajak..hehe

*Mas Lowo : Iya, itu kucingku, Cancan, namanya :-) nyenengin kalo digendong. Empuk banget! hehe