Cinta, Citacita, dan Takdir



Judul Buku : Perahu Kertas
Penulis : Dee
Penerbit : Bentang Pustaka, Jogjakarta
Cetakan : I, Agustus 2009
Tebal : xii + 444 Halaman

Karya Dewi Lestari atau karib dipanggil Dee lekat dengan bahasa yang rumit dengan alur cerita yang kompleks. Seperti Supernova, Filosofi Kopi, atau buku hybridnya, Rectoverso. Dee banyak menyisipkan kisah percintaan hampir di seluruh karyanya, cinta yang sederhana tapi tidak norak.

Perahu Kertas, adalah karya Dee yang paling anyar. Setelah didahului dengan versi digital, kini Dee mengemasnya menjadi buku konvensional. Tebal. Dengan kaver yang unik, menjadikan buku ini semakin menarik untuk ditelusuri. Pembaca tidak akan disuguhi dengan kerumitan. Dee menggunakan bahasa yang nge-pop dalam Perahu Kertas. Meski begitu, Dee mampu mengemas nilai-nilai filosofis tentang cinta, cita-cita, takdir, juga kehidupan dengan maksimal melalui tokoh-tokoh seperti Keenan dan Kugy, dua tokoh utama dalam novel ini.

Kugy Alisa Nugroho, namanya. Cukup dipanggil Kugy. Seorang remaja yang baru lulus SMA. Bertubuh mungil. Pengkhayal yang baik dan cukup berantakan. Melanjutkan pendidikannya di fakultas Sastra disalah satu universitas di Bandung. Dari benaknya, mengalir untaian dongeng yang indah. Sejak kecil bercita-cita menjadi penulis dongeng, namun setelah beranjak dewasa, menyadari bahwa menjadi penulis dongeng tidak bisa dijadikan sandaran. "Menjadi sesuatu yang bukan diri sendiri, hingga akhirnya menjadi diri yang asli, meski harus berputar-putar"

Keenan. Remaja Indo yang cerdas, artistik, dan penuh kejutan. Dari tangannya, lahir lukisan-lukisan magis. Terpaksa kuliah di jurusan manajemen, menyalahi takdirnya terhadap seni, karena ia harus mengikuti kehendak orangtuanya. Keberanian Keenan terlihat saat ia berontak terhadap peta yang telah ditetapkan orangtuanya : berhenti kuliah, dan menetap di Ubud, berprofesi sebagai pelukis dengan berguru kepada Pak Wayan, mantan kekasih Ibunya.

Sarat Adiktif
Pembaca akan menemukan renungan-renungan mendalam yang disuguhkan Dee dengan apik melalui tokoh-tokoh yang masih belia. Meski belia, tidak mengurangi kualitas pemahaman refleksivitas diri kita sebagai pembaca. Justru akan membawa kita untuk terus menuntaskan hingga lembar paling akhir novel ini.

0 komentar: