"Ternyata, berkomitmen itu nggak seseram apa yang dibayangkan.."
Ini sedikit cerita saya setelah 7 bulan jadi seorang istri dari seorang pria yang bernama Rofiq Fauzi. Tiga tahun pacaran kayak setrikaan, akhirnya Juni 2011 resmi juga menikah. Alarm saya untuk segera menikah sudah berbunyi agak lama, kurang tahu deh kalau alarm Abi kayak gimana bunyinya :D.
Berhubung dari jaman kuliah sudah mulai rajin baca buku seputar pernikahan islami, saya jadi tahu kalau yang namanya pernikahan itu bukan nyari enaknya semata. Misal, kita nikah karena orientasinya kekayaan atau modal fisik saja, terus kalau semuanya berubah seiring bertambahnya waktu, apa iya kita mau mengakhiri pernikahan begitu saja? Dari awal Abi mengajak saya menikah, beliau bilang : orientasi kita cukup Allah saja. :)
Seiring bertambahnya waktu, kebutuhan orang yang baru menikah sudah banyak dan cukup membuat kepala pening. Ini baru kebutuhan dua orang ya? Belum nanti kebutuhan anak dan seterusnya. Bisa bikin stress kalau cuma dibayangin. Tapi.... Allah pasti punya perhitungan yang diluar akal kita koq? Selama ini sih selalu ada aja rezeki dari arah yang nggak kita duga.
Buat saat ini, kehidupan kita berjalan lancar. Kerikil? Wohoo..ada banyak, tapi setiap saya diskusi sama suami, kekhawatiran saya itu bakalan menguap jauh. Abi selalu menanggapi masalah dengan gaya bercandanya yang bikin saya rindu setengah mati.
Sejauh ini, saya lagi getol jadi financial planner buat keluarga kecil saya. Rasanya nikmat sekali mengatur hal-hal detil kayak gini. Meskipun kita berdua masih merintis dari lantai dasar yang paling dasar, tapi saya cari yang seperti ini, memajukan keluarga berdua, bukan cuma terima jadi saja.
Yah, semoga selalu untuk selamanya :-*
0 komentar:
Posting Komentar