Konfirm #1.

Sekali-kalinya, saya tidak menganggap menikah dengannya adalah belenggu. Belenggu yang menahan langkah saya untuk menikmati kebebasan tanpa beban. Menikah dengannya, bagi saya, adalah suatu takdir yang bermuara pada keberuntungan dan diakhiri dengan ucapan penuh syukur.

Tak jadi masalah bila saya tidak sempat membaui aroma pantai, terombang-ambing selama 6 jam diatas kapal laut, atau menikmati kota yang saya impikan. Mungkin, saya tidak ditakdirkan berada disana barang sebentar seorang diri.

Seperti yang dituliskan oleh seorang penulis kesukaan saya, yang saya kutip pada kaver depan undangan pernikahan, " Bahagia itu pilihan. Dan dengan kesadaran penuh, aku memilih untuk bahagia bersamamu dalam nama-Nya."

0 komentar: